Paris (ANTARA News/AFP) - Menteri Luar Negeri Prancis Bernard Kouchner pada Minggu menyeru penjelasan tuntas tentang kejadian dan jumlah warga tewas akibat serangan udara NATO di Afganistan.
"Yang utama ialah memberi kejelasan penuh tentang kejadian dan jumlah pasti korban gerakan itu," kata pernyataan Kouchner tentang serangan oleh persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO tersebut.
Panglima tentara asing di Afganistan asal Amerika Serikat, Jenderal Stanley McChrystal, pada Sabtu menjanjikan penyelidikan tuntas atas pemboman NATO itu, tapi tidak mengakui warga tewas.
Gubernur Afganistan menyatakan enam warga, termasuk satu anak-anak termasuk dalam 54 orang tewas akibat serangan atas dua truk tangki bensin, yang dibajak Taliban di propinsi Kunduz pada Jumat.
Kouchner pada Sabtu menyatakan serangan itu kesalahan besar dan menekankan bahwa siasat Barat di Afganistan harus berjalan bersama rakyat Afganistan, bukan membom mereka.
"Kami harus menghindarinya. Kami harus menyelidiki dan mengecam yang bertanggungjawab," katanya di Stokholm dalam pertemuan dengan mitranya dari Eropa Bersatu.
Menteri Eropa Bersatu pada Sabtu mengecam NATO atas serangan udaranya di Afganistan, yang pejabat setempat katakan menewaskan sejumlah orang, banyak dari mereka rakyat tak berdosa.
Serangan itu terjadi satu hari sebelum menteri luar negeri Eropa Bersatu bertemu di Stokholm guna membicarakan meningkatkan upaya Barat menenangkan Afganistan dan mengatasi perlawanan gerilyawan.
Menteri Luar Negeri Luksemburg Jean Asselborn menyatakan serangan udara itu bencana tak dapat diterima, sementara Komisaris Hubungan Luar Eropa Bersatu Benito Ferrero-Waldner menyebutnya tragedi besar, yang seharusnya diselidiki.
Berita terahir menyebutkan jumlah korban tewas akibat serangan udara NATO itu lebih dari 90 orang.
Pejabat Afganistan menyatakan sejumlah orang tewas, banyak dari mereka warga biasa, sesudah jet tempur Amerika Serikat F-15, yang dipanggil tentara Jerman, menghantam dua truk bahan bakar, yang dibajak sebelum dinihari Jumat.
Komandan NATO berusaha menghindari serangan balasan atas peristiwa itu, yang terjadi dua bulan setelah komandan baru Amerika Serikat dan NATO, Jenderal Stanley McChrystal, memerintahkan pencegahan tambahan untuk melindungi warga sebelum tentara dapat melepaskan tembakan.
Kunduz sebagian besar tenang sejak Taliban dijatuhkan pada 2001, tapi belakangan menjadi saksi peningkatan serangan, dengan gerilyawan merebut kekuasaan di daerah terpencil.
Wilayah tersebut dironda kesatuan Jerman, yang beranggotakan 4.000 tentara, yang dilarang Berlin bergerak di medan tempur di bagian lain negara itu.
Tentara Jerman memastikan seorang komandan Jerman menyetujui serangan udara itu. Kejadian tersebut dapat meningkatkan perbantahan mengenai perang tersebut, yang tidak disukai di dalam negeri, tiga pekan sebelum pemilihan umum di Jerman.
NATO menyatakan sasaran serangan udaranya adalah gerilyawan Taliban, yang membajak truk itu, tapi mengakui bahwa sejumlah korban adalah warga.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009