Yogyakarta (ANTARA News) - Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono harus bisa mengubah gaya kepemimpinan saat ini agar bisa lebih tegas dan cepat mengambil keputusan strategis bagi kemajuan bangsa di bidang ekonomi.
"Untuk dapat melakukan akselerasi pembangunan ekonomi yang signifikan diperlukan kepemimpinan nasional yang berani dan tegas," kata Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta Prof Dr Edy Suandi Hamid di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia pada seminar "outlook ekonomi Indonesia pascakrisis", semua itu dimaksudkan agar kebijakan yang dijalankan bisa diterapkan secara benar tanpa pandang bulu dan diskriminatif, seperti dalam pemberantasan praktik korupsi.
"Hal itu sangat penting agar masa depan ekonomi Indonesia menunjukkan perubahan dan mewakili suatu profil negara yang maju dan disegani," kata Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu.
Ia mengatakan pengalaman masa reformasi menunjukkan bahwa agenda kerja tidak bisa dilakukan asal-asalan, tetapi benar-benar harus disusun sebuah "grand design" untuk membuat lompatan besar.
Upaya itu, menurut dia untuk mengarahkan ekonomi nasional di masa depan pada capaian yang sesuai dengan tujuan nasional jangka panjang, berorientasi kemandirian, dan memperluas kesejahteraan bangsa.
Edy mengatakan perekonomian di masa reformasi masih belum mampu mengembalikan seperti situasi di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia dianggap sebagai "ajaib", karena mampu bertahan tumbuh tinggi secara terus menerus selama lebih dari dua dasa warsa.
"Begitu pula penduduk miskin yang sebelumnya lebih dari separoh penduduk Indonesia bisa ditekan menjadi hanya belasan persen. Porsi penduduk miskin setelah reformasi relatif konstan pada angka 17-18 persen dari total penduduk," katanya.
Ia mengatakan kalangan akademisi di kampus dapat berperan aktif dengan memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah dan dunia usaha, terkait pilihan kebijakan dan strategi yang sebaiknya ditempuh dalam menghadapi tantangan ekonomi di masa datang.
"Perkembangan nasional yang semakin demokratis memberikan peluang bagi para pemikir untuk mengekspresikan dan mengeksplorasi akademis untuk menyampaikan pikirannya kepada para pengambil keputusan tersebut," katanya.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009