Oslo, (ANTARA News) - Tim medis Norwegia, yang baru saja kembali dari tugas 10 hari di rumah sakit Shifa di Gaza mengatakan serangan Israel di Gaza dapat disetarakan dengan pembantaian kamp pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila di Beirut oleh milisi Lebanon yang didukung pasukan Israel pada 1982.
"Gaza di tahun 2009 menjadi arena pembantaian baru dalam sejarah Palestina dan Timur Tengah, yang tak bisa dipungkiri, dapat disetarakan dengan pembantaian Sabra dan Shatila," kata Mads Gilbert kepada wartawan di bandara Gardermoen, Oslo, Selasa, seperti disebarluaskan IINA.
Gilbert (61) dan koleganya Erik Fosse (58) sebelumnya bekerja di Lebanon pada saat tragedi Sabra dan Shatila terjadi tahun 1982.
"Kami berharap bahwa kami tidak akan pernah melihat tragedi semacam itu lagi. Tapi, ternyata kami kembali alami pembantaian serupa di Gaza," kata Gilbert.
"Setiap satu dari tiga korban tewas dan setiap satu dari dua cedera adalah anak di bawah usia 18 tahun atau seorang wanita," katanya.
"Gaza sedang berada dalam krisis kemanusiaan yang dahsyat. Oleh karena itu, operasi militer Israel harus dihentikan dan pintu-pintu perbatasan (dengan Israel dan Mesir) harus dibuka, agar warga sipil dapat memperoleh bahan makanan, air, dan menyelamatkan diri," katanya.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009