Bandung (ANTARA News) - Pembina dan mantan pelatih bulu tangkis nasional tahun 1980-an, Tahir Djide meninggal dunia sekitar pukul 03.15 WIB di RS Hasan Sadikin Bandung, Jumat, karena kanker hati yang dideritanya.

Pria kelahiran Sidrap, Sulawesi Selatan 14 April 1939 itu menghembuskan nafas terakhir didampingi keluarganya setelah menjalani perawatan sejak Rabu (2/9).

"Bapak sebenarnya masuk rumah sakit pada Agustus 2009 lalu dan sempat membaik, namun kondisinya menurun lagi sehingga masuk perawatan lagi di RSHS pada Rabu kemarin," kata anak pertama almarhum Ny Sri Rahayu Aprilita Bugiwati atau Lita.

Almarhum yang pernah menjadi bagian keemasan sebagai pelatih bulu tangkis nasional era Rudi Hartono, Liem Swie King hingga Icuk Sugiarto itu meninggalkan seorang istri Ny Wiskel W Sundari dan seorang putri serta putra.

Pria yang juga salah satu teknokrat olahraga itu masih sempat mengingatkan anak dan cucunya untuk memiliki sikap bekerja keras dan disiplin pada saat-saat terakhirnya.

"Bapak selalu berucap agar bekerja keras dan disiplin," katanya.

Rencananya, pria yang juga mantan Dosen FPOK Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung serta pendiri klub bulu tangkis BM77 itu akan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra Bandung selepas shalat Jumat.

Almarhum yang juga sesepuh di Keluarga Besar Bulu tangkis Indonesia (KBI) merupakan penerima Bintang Mahaputra Pratama pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sehingga berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan dengan upacara militer.

"Beliau penerima penghargaan tertinggi di bidang kepelatihan dari pemerintah, ia merupakan salah satu pelatih terbaik yang dimiliki Indonesia," kata Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Jabar H Amung Mamun.

Menurut Amung, kepergian Tahir Djide merupakan kehilangan besar bagi dunia olahraga Indonesia. Tahir juga merupakan pionir pelatih yang memperkenalkan sistem pembinaan dan latihan dengan sistem pembangunan kebugaran prima.

"Ia merupakan sosok pelatih yang pekerja keras, disiplin namun mencintai atlit asuhannya dengan gayanya yang khas, ia sangat konsisten dan mencintai atlit asuhannya," kata Amung yang juga mantan Dekan FPOK UPI Bandung.

Menurut Amung, banyak ide-ide yang ditinggalkan Tahir Djide yang memperkaya dunia kepelatihan di Indonesia, terutama dalam pengembangan dan pembangunan kebugaran fisik.

Sementara itu sejumlah karangan bunga dan ucapan belasungkawa terus mengalir ke rumah duka di Jalan Bekamin Kota Bandung. Selain insan olahraga, turut melayat sejumlah pejabat Pemprov Jabar, Kota Bandung serta pejabat TNI, Polri dan BUMN. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009