Cianjur (ANTARA News) - Sekitar 12 keluarga yang tinggal di Kampung Rawa Hideung, Desa Pamoyanan, Kecamatan Cibinong, Cianjur Selatan, Jawa Barat, terjebak dalam rumah mereka yang tertimbun longsor ketika gempa kuat mengguncang.

Enam orang ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, sementara puluhan lainnya yang tinggal di kampung itu dilaporkan masih hilang.

Sekitar 12 keluarga yang tinggal tepat di bawah Gunung Tujuh, diduga tidak dapat keluar dari rumah karena longsor yang terjadi ketika gempa berskala 7,3 richter menguncang kawasan itu.

Beberapa orang saksi mata menyebutkan, bersamaan datangnya gempa bagian kaki Gunung Tujuh yang mengelilingi kampung itu longsor dan menimbun rumah warga yang ada dibawahnya.

"Kampung ini memang dikelilingi tebing dan gunung. Ketika gempa datang disertai longsoran tanah," kata Agus Sobandi (32) tokoh masyarakat, ketika dihubungi melalui telepon.

Ia menambahkan, di kampung tersebut tercatat sedikitnya 12 orang kepala keluarga dengan jumlah jiwa sebanyak 30 orang dan terdapat 15 bangunan permanen di daerah itu.

Saat ini kampong tersebut sebagian besar tertimbun tanah gunung. Sebagian besaar tanah menutupi rumah hingga 2 meter diatasnya.

Sebagian besar penghuni rumah saat gempa terjadi tengah berada di dalam rumah dan diduga sebagian besar tertimbun bersama rumah mereka.

Hingga saat ini informasi dihimpun, warga dan aparat setempat baru berhasil menemukan 6 orang warga dalam keadaan sudah tidak bernyawa dan sulit dikenali.

"Perkiraan kami masih banyak warga yang tertimbun. Upaya pencarian dilakukan secara manual bersama warga dari desa tetanga," terang Agus.

Sedangkan jenazah ke enam korban yang berhasil ditemukan saat ini disimpan di balai Desa Cikangkareng.

Informasi dihimpun dari Pihak Satgana PMI Cianjur menyebutkan, PMI tengah meluncur ke lokasi kejadian.

"Kami belum tahu secara pasti berapa korban jiwa seluruhnya. Informasi terkahir menyebutkan baru 6 orang ditemukan dan puluhan dikabarkan hilang," kata Heri tim Satgana PMI.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009