Tripoli (ANTARA News) - Pesawat-pesawat jet aerobatik Italia, paralayang dengan kembang api, penari dan ketrampilan berkuda menyemarakkan suasana di Tripoli pada Selasa malam ketika Libia menandai 40 tahun sejak kudeta tak berdarah membawa Muammar Gaddafi ke tampuk kekuasaan.
Presiden Venezuela Hugo Chavez merupakan tamu kehormatan Gaddafi pada parade militer dua-jam menandai enam hari perayaan di seluruh penjuru negeri padang pasir Afrika Utara itu.
Penyelenggara mengatakan anggota OPEC yang telah lama terisolasi itu ingin menunjukkan kepada dunia sudah terbuka lagi bagi kegiatan bisnis setelah bertahun-tahun pemberlakuan sanksi berat dan menunjukkan negeri itu bisa menjadi pintu masuk ke Afrika.
Libia telah menghentikan dukungan bagi kelompok-kelompok revolusioner bersenjata dan berdamai dengan Washington dengan menghapus program membangun senjata nuklir dan memberikan kompensasi bagi pemboman dan serangan lain yang dipersalahkan oleh Barat.
Gaddafi, pemimpin terlama di Afrika, dijauhkan oleh Amerika Serikat dan para sekutunya selama bertahun-tahun dan masih bertindak kontroversial.
AS dan Inggris menyatakan kemarahan atas sambutan "laksana pahlawan" yang diberikan kepada Abdel Basset al-Megrahi, mantan agen Libia yang dibebaskan oleh Skotlandia bulan lalu dari hukuman seumur hidup karena pemboman Lockerbie 1988 yang merenggut 270 jiwa.
Pada pesta, foto-foto kembalinya Megrahi ke Tripoli tampak di layar raksasa bersama dengan gambar-gambar revolusi Gaddafi 1969 dan pencapaian yang diraih Libia.
Libia mengundang puluhan kepala negara Barat ke pesta itu dan hanya sedikit yang menolak hadir.
AS mengatakan, pihaknya mengirim wakil kedutaannya ke sebagian acara yang diadakan.
Banyak tamu merupakan tokoh-tokoh Afrika yang diundang Gaddafi yang kini menjadi ketua Uni Afrika.
Perusahaan-perusahaan asing kembali ke bekas koloni Italia itu untuk mencari minyak atau melirik kontrak pembangunan jalan raya, jalan kereta api, jaringan telepon dan sekolah.
Chavez masuk ke Alun-alun Hijau (Green Square) yang terkenal di Tripoli dan bergabung bersama para tokoh dan bercanda dengan wartawan sebelum menyapa pemimpin Libia itu yang tiba dengan seragam militer.
Kedua pemimpin itu, dikenal karena retorika anti-AS, berpelukan dan kemudian duduk bersama, didampingi para kepala negara Afrika termasuk Zine al Abidine Ben Ali dari Tunisia dan Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika.
Barisan musik militer dari 17 negara termasuk Prancis, Italia dan Australia melintas sementara pesawat-pesawat jet Italia terbang di atas Mediterania untuk menghormati Gaddafi, dengan asap berwarna merah, putih dan hijau lambang bendera nasional Italia.
Kendaraan lapis baja dan truk yang membawa rudal juga melintas. Tank-tank bermanuver di bawah sorotan lampu, pohon-pohon palem dan bendera Libia yang berwarna hijau.
Kelompok penari internasional memperagakan rangkaian sejarah Libia yang telah berlangsung 6.000 tahun.
Keamanan diperketat di kota pelabuhan Mediterania itu dan penduduk menyaksikan berbagai kegiatan itu dari kejauhan.
Ketika mengambil alih kekuasaan, Gaddafi merupakan seorang perwira angkatan darat yang berusia 27 tahun. Dalam aksinya ia dibantu para perwira pendukung. Raja Idris yang berkuasa saat itu sedang berada di luar negeri untuk mendapat perawatan. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009