Washington, (ANTARA News) - Amerika Serikat, Selasa, mengutuk upaya pembunuhan yang gagal terhadap pangeran dan wakil menteri dalam negeri Arab Saudi, dan menyatakan serangan "pengecut" tersebut mempertegas ancaman yang masih ditimbulkan oleh Al-Qaida.

"Pemerintah AS mengutuk keras serangan pengecut pada penghujung pekan lalu," kata jurubicara Gedung Putih Robert Gibbs dalam satu pernyataan, seperti dikutip dari  Xinhua-OANA.

"Upaya untuk membunuh Pangeran Mohammed mempertegas ancaman yang berlanjut dan ditimbulkan oleh Al-Qaida dan pentingnya kerja sama kuat kontra-terorisme antara Amerika Serikat dan mitra kami di wilayah tersebut," kata Gibbs.

Presiden AS Barack Obama "telah membahas kerja sama keamanan dalam semua interaksinya dengan Raja Abdullah dari Arab Saudi, karena mereka berdua memiliki komitmen kuat guna melucuti organisasi Al-Qaida dan guna mencegahnya melancarkan agenda pembunuhannya," kata jurubicara itu.

Wakil Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Jayef menderita luka ringan di tangannya pada Kamis, ketika seorang pengikut gerilyawan garis keras Arab Saudi meledakkan dirinya saat berpura-pura menyerah kepada Pangeran tersebut.

Al-Qaida pada Minggu mengaku bertanggung jawab atas serangan teror itu.

Pangeran Mohammed, yang bertugas dalam urusan keamanan di Departemen Dalam Negeri, sedang mengadakan pertemuan dengan orang-orang yang mengucapkan selamat atas kedatangan bulan suci umat muslim, Ramadhan, Kamis, ketika seorang pria meledakkan bom yang dibawanya, kata kantor berita resmi Arab Saudi, SPA.

Pria itu adalah seorang gerilyawan yang dicari dan berkeras agar diizinkan bertemu dengan Pangeran tersebut untuk mengumumkan bahwa ia akan menyerahkan diri kepada pemerintah, kata SPA, yang tak menyebutkan identitasnya.

Stasiun televisi milik Arab Saudi, Al-Arabiya, menayangkan gambar Pangeran Mohammed, yang tampaknya menderita luka ringan, sedang bertemu dengan Raja Abdullah setelah peristiwa tersebut.

Pangeran Mohammed telah mendapat pujian atas keberhasilan pemerintah belum lama ini dalam menindas gelombang serangan yang dimulai pada 2003 oleh simpatisan Al-Qaida guna merusak kestabilan di kerajaan itu.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009