Kabul (ANTARA News/AFP) - Tentara asing berperang di Afghanistan mengalami bulan paling mematikan sejak serbuan 2001 pada Agustus saat 77 anggotanya tewas, kata laman mandiri pemantau korban di kalangan tentara pada Selasa.
Icasualties.org menyatakan ke-77 kematian itu terjadi setelah 76 yang tewas pada Juli, yang sebelumnya menjadi bulan paling berdarah bagi tentara asing di Afghanistan.
Tahun 2009 memecahkan rekor dalam jumlah tentara asing tewas di Afganistan sejak upaya pimpinan Amerika Serikat menggulingkan Taliban sesudah serangan 11 September 2001 atas negara adidaya itu.
Laman itu menyatakan 309 tentara asing tewas di Afghanistan pada tahun ini, sementara 294 tewas pada 2008.
Agustus juga menjadi bulan paling mematikan bagi tentara Amerika Serikat.
Pada Selasa, tentara mengumumkan kematian terkini tentara Amerika Serikat, yang tewas akibat luka dari serangan bom di Afganistan selatan.
Tentara dari Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara (NATO) itu luka sesudah bom rakitan meledak pada Senin di selatan, tempat dua tentara lain Amerika Serikat dan dua tentara Inggris juga tewas pada hari sama.
Peningkatan jumlah korban di kalangan tentara itu dikaitkan dengan perlawanan pimpinan Taliban, yang mencapai tingkat paling mematikan dan kenaikan jumlah tentara mencapai lebih dari 100.000 orang di sekutu pimpinan Amerika Serikat dan NATO.
Panglima mereka, Jenderal Stanley McChrystal, mengirim tinjauan atas perang itu, yang lama ditunggu, kepada atasannya pada Senin, menyeru perbaikan siasat untuk mengalahkan Taliban dan menggambarkan keadaan tersebut gawat.
Pejabat tentara tidak memberikan pernyataan secara umum mengenai kemungkinan McChrystal meminta pasukan tambahan untuk Afganistan.
Dengan jumlah korban di pihak Amerika Serikat dan NATO mencapai tingkat tertinggi di Afganistan dan keraguan muncul mengenai perang itu di negara adidaya tersebut dan negara anggota persekutuan tersebut, McChrystal mendapat tekanan agar memperbaiki kinerja pasukan Barat.
"Keadaaan di Afghanistan gawat, namun keberhasilan masih bisa dicapai dan itu memerlukan perbaikan siasat, keterikatan dan tekad serta peningkatan upaya penyatuan," katanya.
Terdapat sekitar 100.000 prajurit asing, terutama dari Amerika Serikat, Inggris dan Kanada, di Afganistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi perlawanan, yang dikobarkan sisa Taliban.
Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009