Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah berjanji menyelesaikan evaluasi produksi gula pada Oktober sebagai dasar mengambil keputusan dalam pengamanan stok tahun depan.
"Ada dua skenario produksi, yang pesimis maupun optimis. Stok di akhir tahun menjadi perhatian yang kita cermati," kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan, Bayu Krisnamurthi, di Jakarta, Selasa.
Usai rapat koordinasi dengan Menteri Perdagangan, Menteri Negara BUMN, Menteri Perindustrian, dan Menteri Pertanian, Bayu menyebut target optimistis produksi gula nasional adalah 2,89 juta ton, sedangkan target pesimistisnya 2,6 juta ton.
"Stok gula jika dilihat dari jumlah konsumsi dan produksi besarnya mendekati satu juta ton. Itu tersebar di pedagang dan produsen," ujarnya.
Pemerintah masih memprediksi tingkat konsumsi gula nasional di akhir tahun, mengingat saat ini konsumsi gula kristal putih naik sekitar 30 sampai 40 persen karena permintaan industri kecil menengah (IKM).
"Jadi kita hitung ulang lagi, Juli-Agustus ini serapan IKM atas gula kristal putih diperkirakan naik sekitar 250ribu ton. Ini yang mempengaruhi sisa stok kita," tuturnya.
Sementara, konsumsi gula rata-rata nasional mencapai 2,1 kg per bulan per rumah tangga.
"Jadi sebenarnya relatif kecil, yang dampaknya akan besar tadi (serapan IKM)," tambahnya.
Selain itu, pemerintah juga akan mengamankan kebutuhan gula bagi masyarakat di perbatasan mengingat ada indikasi pemerintah Malaysia akan memperketat penjualan gula melalui perbatasan.
"Pemerintah Malaysia sekarang sedang mengalami tekanan berat akibat subsidi yang tinggi pada gula. Padahal di daerah perbatasan, masyarakat kita mengkonsumsi gula Malaysia. Mereka akan memperketat perdagangan gula ke perbatasan," katanya.
Bayu menjelaskan keputusan impor akan tergantung dari jumlah konsumsi gula hingga akhir tahun ini.
2010 Harga Turun
Saat ini, kondisi pasar internasional masih belum stabil dan masih ada kemungkinan harga gula naik lagi.
"Tapi pada 2010 harga internasional diprediksi akan meluncur turun. Jadi kita harus tahan dulu (keputusan impor). Selain harga yang penting adalah di tengah harga yang tinggi barangnya harus ada. Itu yang kita ingin hitung lagi," tuturnya.
Penurunan harga itu, lanjut Bayu, terjadi karena Brazil sebagai eksportir gula terbesar dunia telah mengalihkan produksinya kembali ke gula dari etanol.
"Harga future pada kuartal I dan semester I 2010 sudah menunjukkan adanya perbaikan atau menurun," ujarnya.
Pada sisi lain, India diperkirakan akan melakukan impor secara agresif menyusul menipisnya stok gula negara itu.
Saat ini, Indonesia mengalokasikan impor gula mentah 2009 sebanyak 1,68 juta ton dan gula rafinasi sebanyak 300 ribu ton dengan empat kriteria khusus yaitu gula spesifikasi khusus, untuk kawasan berikat, untuk tujuan ekspor dan impor sebagai fasilitas investasi.
"Alternatif yang akan kita putuskan nanti (Oktober) itu apakah ketentuan itu dipertahankan atau dilepas," ujar Bayu.
Sementara itu, pemerintah membuka peluang impor gula atau penambahan alokasi impor serta penurunan Bea Masuk (BM) gula impor.
"BMB sedang dikaji oleh Tim Tarif," tuturnya.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009