Frankfurt (ANTARA News/AFP) - Pasar-pasar saham Eropa ditutup melemah pada Senin waktu setempat, karena dengan gugup investor melakukan aksi ambil untung di tengah kekhawatiran kenaikan berlebihan baru-baru ini dan akibat koreksi substansial harga saham, kata para dealer.

Mereka mengatakan kerugian di Asia, khususnya di China, membuat pasar Eropa mundur dan melemahnya pembukaan di Wall Street mengkonfirmasi membuka nada negatif.

Kekhawatiran bahwa Beijing akan menarik beberapa dari paket stimulus ekonomi masifnya karena ekonominya naik, kemungkinan menyebabkan pertumbuhan lebih lambat ketika Asia dan lainnya sedang melihat China untuk memimpin pemulihan.

Saham China jatuh 6,7 persen pada hari Senin, membawa mereka ke dalam wilayah `pasar lesu` - sebuah kumulatif penurunan 20 persen.

Dealer mengatakan bahwa dengan kenaikan sebesar 40 persen dan lebih banyak dilakukan sejak posisi terendah yang terjadi pada bulan Maret, banyak investor, melihat kejadian di China, ingin mengambil beberapa keuntungan dan mempertimbangkan pilihan mereka.

Data ekonomi yang sebagian besar positif, menunjukkan bahwa penurunan terburuk sejak tahun 1930-an telah menyentuh posisi bawahnya, tetapi langkah pemulihan dan kenaikan berikutnya dalam pendapatan perusahaan benar-benar menjadi masalah sekarang, kata mereka.

Pada saat yang sama, bulan September secara tradisional rapuh dan sering terlihat kerugian besar, membuat investor makin gugup, mereka menambahkan.

Di Paris, indeks CAC 40 jatuh 1,07 persen menjadi 3.653,54 poin dan di Frankfurt, indeks DAX kehilangan 0,96 persen berakhir pada 5.464,61 poin. London tutup untuk libur publik.

Di New York, saham blue-chip Dow Jones Industrial Average turun 0,91 persen pada sekitar 1600 GMT.

"Meluasnya kerugian di pasar luar negeri, yang dipimpin oleh penurunan di Shanghai 6,7 persen telah mendorong valuasi keprihatinan," kata Patrick O`Hare dari Briefing.com.

"Kami menduga bahwa pemahaman bahwa bulan September itu bulan yang paling lemah secara historis ... belum hilang," katanya.

Aksi jual di China memicu kekhawatiran tentang prospek ekonomi di sana dan keseluruhannya.

"Kami tetap menutup mata pada pasar modal global, memperkirakan melihat kemunduran di China selama empat minggu terakhir untuk mungkin menular ke pasar global lainnya, termasuk New

York, karena pedagang akhirnya mulai panen beberapa keuntungan dari hasil perdagangan enam bulan terakhir," kata Fred Dickson dari DA Davidson & Co.

Kerugian terjadi meski data AS positif. Indeks pembelian manajer dari Institute of Supply Manajemen-Chicago naik menjadi 50 poin, titik impas antara pertumbuhan dan kontraksi, dari 43,4 pada bulan Juli.

Di Paris, Frederic Rozier dari Meeschaert Gestion Prive mengatakan pasar semuanya pada tingkat di mana memungkinkan untuk mengambil keuntungan.

Rozier mencatat bahwa sebenarnya pasar Paris jatuh di tengah data AS, "dengan investor bertanya-tanya apakah indikator ini dapat terus meningkat."

"Itu adalah di bawah 35 hanya beberapa bulan yang lalu tetapi itu akan jauh lebih sulit untuk menembus 55 poin" daripada tingkat 50 poin, katanya.

Di tempat lain di Eropa, Amsterdam turun 1,31 persen, Brussels turun 1,20 persen, Madrid turun 0,68 persen, Milan kehilangan 1,11 persen, tapi saham Swiss naik tipis 0,09 persen, dibantu oleh kenaikan tajam pada raksasa makanan Nestle.

Di Asia sebelumnya, Tokyo turun 0,40 persen setelah kemenangan bersejarah oleh Partai Demokrat Jepang mengakhiri kekuasaan lebih dari setengah abad hampir tak terputus dari partai konservatif, menimbulkan keraguan tentang bagaimana sebuah perekonomian di bawah pemerintahan baru.

Hong Kong turun 1,86 persen dan Sydney tergelincir 0,23 persen. (*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009