"Tidak benar kami mengajak wartawan supaya terlihat seperti superman. Tidak benar seperti itu," katanya.
Pria kelahiran Bogor 56 tahun silam itu membantah polisi telah mengundang media massa ke lokasi penggerebekan teroris di Temanggung, agar aksi heroik mereka disebarluaskan ke masyarakat sehingga timbul citra polisi itu seperti `superman`.
Dalam rapat kerja yang membahas terorisme itu, Bambang mengaku, keberadaan media massa karena mereka terus mengikuti aksi penggerebekan, terutama setelah penangkapan Arif dan Hendra yang bahkan hendak dikeroyok warga.
"Jadi, tolong ini dipahami tidak ada maksud kami untuk menjadi superhero, justru kami sempat hendak dikeroyok warga," katanya.
Dalam rapat kerja yang dipimpin Ketua Komisi I DPR Theo L Sambuaga itu, sebagian besar anggota menyebut penggerebekan rumah di Desa Beji, Temanggung yang diduga menjadi tempat persembunyian gembong teroris Noordin M Top sebagai tayangan "reality show".
Drama penggerebekan sekitar 18 jam itu tidak berhasil menemukan gembong teroris Noordin M Top, kecuali tersangka pelaku bom JW Marriott pada 17 Juli 2009, Ibrohim, yang tewas karena terjangan timah panas aparat Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri. (*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009
Kalau polisi tidak jadi superman lalu siapa lagi yg akan melindungi Rakyat biasa?
Kan sudah jadi tugas Polisi / aparat kemanan,
tuk jadi plindung masyarakat.
Jangan sampai di jilat FPI apalagi Begundal2 Teroris.
Kalau mulut si Habib Rizik ama Abu BB & abu2 lainnya koar2 lagi,masukan sel lagi kan aman.
Nggak ada Provokator alias Dorna.