Kuala Lumpur (ANTARA News) - "Saya datang bukan untuk merebut kekuasaan. Saya datang sebagai orang perantauan Bugis yang sukses dan kini menjadi Perdana Menteri Malaysia," kata Najib Tun Razak di hadapan masyarakat Gowa, Sulawesi Selatan, tanah leluhurnya.
Tak lama setelah dilantik menjadi PM Malaysia keenam dan menghadiri acara World Ocean Confenrene (WOC) di Manado, PM Najib Tun Razak mengunjungi Gowa untuk menziarahi makam raja-raja Gowa. Najib sendiri adalah keturunan Sultan Gowa ke-19 atau cucu dari Sultan Hasanudin.
Leluhurnya meninggalkan Gowa untuk merantau ke Pahang, salah satu negara bagian di Malaysia, demi menghindari konflik perebutan kekuasaan. Perantauannya ke Semenanjung Malaysia ternyata berujung sukses, setelah ayahnya menjadi PM Malaysia kedua, sementara dia sendiri menjadi PM Malaysia keenam.
Hampir 80 persen keturunan Melayu di Malaysia adalah keturunan orang Indonesia. Ada keturunan Aceh, Padang, Sumatera Utara, Jambi, Palembang, Jawa, Madura, Bawean, dan Bugis.
Banyak sekali keturunan Indonesia hidup sukses di Malaysia. Di jajaran kabinet saat ini, Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi, berkakek orang Yogyakarta. Bahasa Jawanya pun masih medok.
Begitu juga dengan Rais Yatim, Menteri Penerangan dan Kebudayaan Malaysia, yang menghabiskan masa kecilnya di Sawahlunto, Sumatera Barat.
Kesuksesan perantauan Indonesia di Malaysia bukan hanya sampai tingkat menteri. Beberapa sultan di beberapa negara bagian juga keturunan Indonesia, contohnya Sultan di Johor Bahru dan Selangor adalah keturunan Bugis.
Bukan saja di kalangan pemerintahan dan sultan, keturunan Indonesia di Malaysia sukses membina hidup di Malaysia.
Bintang film legendaris Malaysia, P. Ramlee misalnya, adalah anak Aceh yang sukses di Malaysia. Penyanyi pria paling top saat ini, Mawi, juga masih keturunan orang Jawa.
Itulah sedikit contoh orang Indonesia yang sukses merantau di Malaysia. Warga Indonesia yang merantau ke Malaysia yang sukses, ada di semua lini dan sendi kehidupan.
Negara Sukses
Malaysia hari ini memperingati hari kemerdekaannya ke-52. Negara jiran dan serumpun dengan Indonesia ini telah menjadi negara sukses nan maju di kawasan ASEAN setelah Singapura.
Banyak ikon Malaysia yang menjadi kebanggaan dunia dan menjadi tujuan wisata terkemukan, contohnya gedung menara kembar Petronas, yang menjadi salah satu pencakar langit tertinggi di dunia.
Menara Kuala Lumpur juga menjadi salah satu menara paling tinggi di dunia, dilengkapi restoran berputar yang mewah dan cantik.
Perusahaan dan BUMN Malaysia juga punya kiprah yang besar dalam bisnis internasional. BUMN Migas Petronas, maskapai penerbangan MAS (Malaysian Airlines), perusahaan telekomunikasi Maxis, perbankan Maybank dan CIMB adalah beberapa dari korporasi bisnis Malaysia yang telah menjadi perusahaan "world class" (kelas dunia).
Malaysia juga memiliki infrastruktur ekonomi yang bagus. Jalan raya yang mulus mulai dari Johor Bahru (Selatan) hingga ke Perlis (Utara), dari Kuala Terengganu (Timur) sampai Kuala Lumpur (Barat).
Bukan itu saja, mereka juga mempunyai jaringan telekomunikasi maha luas, tetapi murah. Jaringan listriknya pun berkapasitas sangat besar sehingga menunjang kota Kuala Lumpur untuk terang benderang sepanjang malam, sepanjang hari, memasok listrik untuk dua jaringan LRT (light rapid train) dan satu monorel.
Daya listrik bagi warga Malaysia tidak mengenal klasifikasi 450 watt, 900 watt atau 1.200 watt. Pokoknya, tidak ada batasnya. Itu cukup untuk menunjukan kapasitas listrik yang tersedia masih sangat besar.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah memuji infrastruktur ekonomi Malaysia. "Kita lihat jalan-jalan begitu mulus sejak dari Bandara hingga ke hotel," kata Yudhoyono kepada wartawan, ketika melawat ke negara jiran ini.
Karena ditunjang oleh infrastruktur ekonomi yang baik, maka sektor pariwisata Malaysia ikut mencicipi dampaknya. Kunjungan turis asing ke negeri yang terkenal dengan "Nasi lemak dan teh tarik" ini hingga lebih mencapai 20 juta turis mancanegara per tahun.
Malaysia dipercaya dan dipilih sebagai tempat berlangsung perlombaan F1 (Formula One). Arena balap mobil bergengsi di dunia. Kuala Lumpur juga menjadi kota pilihan perusahaan multinasional sebagai kantor pusatnya untuk kawasan ASEAN.
"Bukan itu saja, beberapa negara yang tidak mampu memiliki kedutaan di semua negara memilih kota Kuala Lumpur merangkap Jakarta Indonesia, dan bukan sebaliknya," kata Dubes RI Da`i Bahctiar.
Peran Indonesia
Malaysia sebagai sebuah negara sukses di ASEAN dan Asia, sebenarnya tidak terlepas dari peran serta Indonesia sebagai negara tetangga dan serumpun Melayu.
Kesuksesan Malaysia dibangun juga oleh orang-orang perantauan asal Indonesia yang turut menyulap negara yang bergantung kepada karet itu menjadi negara maju dengan topangan sektor jasanya yang cemerlang, seperti pariwisata, perbankan dan pendidikan.
Malaysia memiliki target tahun 2020 sebagai negara jasa dengan infrastruktur ekonomi sekelas negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika.
Peran warga Indonesia sangat besar dalam pembangunan ekonomi dan sosial Malaysia sejak awal pembangunan ekonomi dan sosialnya hingga kini.
Presiden RI Soeharto peranh mengirim ribuan guru, dokter dan perawat ke Malaysia pada awal tahun 1970an. Banyak juga dosen-dosen Indonesia mengajar di Malaysia. Pada dekade 1970an, tenaga pendidik dan terampil banyak dikirim ke Malaysia.
Namun pertengahan dekade 1980an, situasi berbalik, justru tenaga buruh dan kasar yang semakin banyak dikirim ke Malaysia.
Para pekerja pembangunan menara kembar Petronas contohnya, mayoritas adalah TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Demikian pula dengan pembangunan kawasan pemerintahan Putrajaya dan KLIA (Kuala Lumpur International Airport) yang terkenal megah itu.
Sebagian besar buruh perkebunan kelapa sawit di Malaysia juga adalah TKI. Mereka inilah yang ikut mengantarkan Malaysia menjadi produsen terbesar minyak kelapa sawit kedua setelah Indonesia.
Namun tidak sedikit pula peran ekspatriat Indonesia berkeahlian tinggi dalam memajukan perusahaan dan BUMN Malaysia sehingga banyak diantaranya berubah menjadi perusahaan kelas dunia. "Jika ada 10 penentu kebijakan di Petronas, enam dari 10 orang itu adalah warga Indonesia," kata Da`i.
Jadi, sebagai salah satu negara ASEAN tersukses, keberhasilan Malaysia itu tidak terlepas dari peran warga Indonesia. Kesuksesan Malaysia adalah juga lambang sukses hidup para perantau Indonesia di negeri jiran ini.
Sukses dan selamat HUT Kemerdekaan ke-52 untuk Malaysia dan mantan orang Indonesia. (*)
Oleh Adi Lazuardi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009
iy maju2 sih maju...
tapi ayo dong buktikan ke \"gentle\"an mu ...
percaya diri dengan hasil budaya bangsa sendiri,jgn curilah dari saudara tua mu sendiri...
kita kan saudara janganlah saling menjatuhkan
buktikan kalau malaysia itu bisa dan punya budaya unik sendiri...
tak perlu comot2 sana sini
Budaya itu bukan kepunyaan siapa-siapa IA nya Milik TUHAN..kamu PAHAM NGAAAAK....