Penurunan permintaan karena PSBB menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas ekonomi maupun pendapatan
Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pergerakan laju inflasi mulai berjalan tidak seperti biasa karena kegiatan ekonomi mulai terdampak oleh COVID-19.
"Kita semua menyadari situasi tidak biasa karena adanya COVID-19," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Selasa.
Suhariyanto mengatakan pola yang tidak biasa itu terlihat dari pergerakan inflasi yang melambat pada periode Ramadhan dan Idul Fitri 2020.
Dalam periode ini, inflasi pada April dan Mei hanya tercatat masing-masing sebesar 0,08 persen dan 0,07 persen atau melandai dibandingkan momen yang sama tahun sebelumnya.
Baca juga: BPS: Inflasi Mei 2020 turun tajam, hanya 0,07 persen
Padahal biasanya inflasi dalam periode ini mengalami kenaikan karena tingginya permintaan masyarakat dan tingkat konsumsi yang besar.
Pada 2019 inflasi bulanan selama Ramadhan dan Idul Fitri yaitu pada Mei dan Juni tercatat mencapai 0,68 persen dan 0,55 persen.
Menurut Suhariyanto, perlambatan kegiatan ekonomi ini disebabkan oleh terjadinya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mulai diterapkan di berbagai daerah.
"Penurunan permintaan karena PSBB menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas ekonomi maupun pendapatan. Di sisi suplai, PSBB juga menyebabkan terjadinya perlambatan produksi," ujarnya.
Baca juga: BPS: Nilai Tukar Petani melemah pada Mei, di bawah angka 100
Meski demikian pergerakan inflasi yang rendah ini juga dipicu oleh rendahnya harga bahan pangan karena pasokan maupun distribusi yang terjaga.
Hal ini terlihat dari kelompok makanan, minuman dan tembakau yang justru menyumbang deflasi tinggi 0,32 persen pada Mei 2020.
"Pemerintah telah siap sejak jauh-jauh hari, sehingga pasokan pangan pada Mei ini terjaga," kata Suhariyanto.
Baca juga: BPS: Tarif angkutan udara picu inflasi pada Mei 2020
Pewarta: Satyagraha
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020