Denpasar (ANTARA News) - Beberapa bait doa dan puja-puji Tuhan sontak meluncur dari mulut puluhan penumpang kapal tua yang tengah diombang-ambing gelombang besar air laut di Selat Badung, Bali.
Pekik ketakutan yang kian serak, bercampur dengan gumam doa para penumpang yang pucat pasi dengan bibir terus bergetar disertai keringat dingin mengucur di sekujur tubuh.
Drama menegangkan itu berlangsung sekitar 30 menit sebelum kapal yang bagian lambung depannya koyak akibat diterjang ombak, tenggelam menukik ke dasar laut, menumpahkan seluruh isinya.
Beberapa penumpang yang selamat bercerita bagaimana paniknya penumpang saat itu.
Mulanya semua berjalan seperti biasanya, saat Kapal Motor Putra Romo berangkat dari Pelabuhan Kusamba, Kabupaten Klungkung, berlayar menuju Pulau Nusa Penida pada Rabu (26/8) siang sekitar pukul 14.30 WITA.
Namun, menurut Nyoman Tongos, penumpang yang "diselamatkan" sebuah jerigen minyak, setelah sekitar 20 menit meninggalkan pelabuhan, tiba-tiba ombak besar muncul menghantam kapal.
Hantaman pertama membuat kapal oleng. Hantaman berikutnya menerjang, bagian lambung depan kapal koyak. Dan begitu bagian lambung kapal yang badannya terbuat dari kayu itu jebol, air laut tak masuk tak terbendung lagi, menerobos ruang dalam kapal.
Doa dan pekik ketakutan pun semakin nyaring terdengar, namun semakin keras teriakan itu, semakin garang gelombang itu mengombang-ambingkan kapal tua itu. Dalam hitungan menit, air memenuhi setengah ruangan, posisi kapal pun berubah miring, dan segera tenggelam.
Kadek Geria (41), nakhoda, mengakui usia KM Putra Romo memang tergolong tua, sehingga begitu diterjang ombak besar bagian lambungnya langsung koyak.
Dia mengaku sering mengeluhkan kondisi kapal kepada pengusaha yang mengoperasikan kapal itu, namun jawaban yang diterimanya selalu tidak memuaskan.
Ketika mengemudikan kapal, Kadek didampingi rekannya Kadek Yoko (36). Keduanya tercatat selamat bersama 17 penumpang, sementara sembilan lainnya ditemukan tim SAR dalam keadaan setelah mengambang karena telah menjadi mayat. Dua orang lainnya dilaporkan hilang.
"Kami masih mencari dua korban yang dilaporkan hilang dalam musibah yang terjadi hari Rabu (26/8) siang itu," kata Kepala Basarda Bali Ketut Parwa, kepada ANTARA.
Ia menyebutkan, kedua penumpang kapal yang dilaporkan hilang itu adalah I Wayan Payul dan Wayan Satu. Mereka berasal dari Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.
"Keluarga kedua korban datang melapor bahwa Payul dan Wayan Satu dipastikan ikut menumpang kapal tenggelam itu," terangnya seraya mengatakan data tidak jelas.
"Petugas pendata di Pelabuhan Kusamba malah mencatat 16 orang. Ini kan jelas tidak benar, wong yang masuk dalam perawatan di rumah sakit saja jumlahnya lebih dari itu, belum sembilan orang yang diketahui meninggal dunia," katanya.
Polres Klungkung mengungkapkan, jumlah penumpang yang biasanya naik kapal beramai-ramai saat kapal itu hendak berangkat, jarang dicatat secara resmi. Masalahnya, mereka masuk tanpa tiket, mereka diminta ongkos saat berada di atas kapal.
Oleh karena itu, jumlah penumpang kapal dari Pelabuhan Kusamba-Pulau Nusa Penida dan sebaliknya susah didata secara valid, demikian polisi.
Ketut Parwa mengatakan hal senada bahwa tidak ada data pasti, apalagi dalam bentuk tertulis mengenai identitas penumpang yang berlayar ke Pulau Nusa Penida.
Namun demikian, angka sementara menunjukkan jumlah penumpang kapal tenggelam itu mencapai 26 orang, ditambah dua ABK.
Sejumlah sumber malah menyebut kapal berukuran sedang yang sering disebut "janggolan itu, tidak hanya membawa 26 penumpang dan dua ABK, tetapi juga mengangkut semen dan pasir dalam jumlah banyak.
Yang jelas, penyebab pasti musibah itu hingga kini masih diselidi polisi. "Kami masih melakukan penyelidikan di lapangan," kata Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Gde Sugianyar.
Kepala Basarda Bali Ketut Parwa menyampaikan pernyataan dengan Gde Sugianyar bahwa pihaknya juga belum dapat memastikan penyebab tenggelamnya kapal, namun dugaan sementara akibat cuaca buruk.
Sejumlah saksi mata memang mengakui bahwa Rabu siang saat kapal itu berlayar, cuaca memang sangat buruk. "Ombak cukup besar disertai angin kencang, dilaporkan muncul siang itu," kata Ketut Parwa.
Sementara Polres Klungkung menengarai, selain oleh cuaca buruk, kapal itu telah mengangkut muatannya melebihi kapasitasnya. (*)
Oleh Yanes Setat
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009