Hong Kong, (ANTARA News) - Yen meningkat tajam pada Senin, setelah pemilu di Jepang membawa kepemimpinan baru dengan tujuan untuk mendukung pengeluaran konsumen, meskipun saham domestik terpeleset di tengah melemahnya ekspor.

Saham yang tercatat di Shanghai turun empat persen sejauh hari ini, meningkatkan kerugian menjadi 18 persen pada Agustus di tengah kekhawatiran pinjaman bank di China akan melambat secara dramatis dibandingkan dengan paruh pertama ketika saham-saham baru ditetapkan untuk diterbitkan, demikian dikutip dari Reuters. 

Volatilitas di Shanghai telah memiliki dampak mematikan pada pengambilan risiko dan telah membebani dolar Australia, yang memberikan imbal hasil relatif tinggi di antara pasar mata uang berkemban, adalah sebuah target umum investor mencari pengembalian lebih besar.

Untuk pertama kalinya dalam setengah abad, Jepang tidak akan diperintah oleh Partai Demokrat Liberal, memicu beberapa pembelian jangka pendek yen yang didasarkan pada harapan perubahan dalam perekonomian yang terjebak dalam deflasi dan dihantui oleh pandangan pertumbuhan yang lemah.

Dolar AS turun 0,8 persen menjadi 92,71 yen, terendah sejak 14 Juli dan euro turun 0,9 persen menjadi 132,45 yen.

"DPJ (Partai Demokratik Jepang) dapat mendukung konsumen lebih banyak, yang akhirnya dapat menguntungkan untuk ekonomi, tapi itu jangka panjang," kata Stephen Roberts, seorang ekonom pada Nomura di Sydney.

Rata-rata saham Nikkei Tokyo memangkas keuntungan awalnya yang dipimpin oleh pembelian berjangka dan turun 0,35 persen. Eksportir besar Canon Inc dan Honda Motor Corp termasuk di antara yang terbesar mengisap Nikkei.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik yang diperdagangkan di luar Jepang tergelincir 0,8 persen, meskipun masih tidak jauh dari tertinnggi 11-bulan yang tercapai pada 4 Agustus. Penjualan yang paling menonjol, pada sektor telekomunikasi, energi dan material.

Saham Asian diperdagangkan pada valuasi harga-terhadap-nilai buku 1,1 kali, di atas rata-rata 30 tahun sebesar 0,7 kali dan di sekitar tingkat yang sama di puncak gairah (bull) pasar terakhir.

Investor sejak Maret telah membenarkan premi berdasarkan pada prospek pertumbuhan dan percepatan kesembuhan kawasan. Namun, saham rally Asia tergagap pada Juli dan Agustus untuk dua alasan, menurut Mark Matthews, ahli strategi Asia Pasifik dari Fox-Pitt Kelton di Hong Kong.(*)

 

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009