Rupiah pagi sempat terpuruk hingga merosot 100 poin, karena pelaku pasar memborong dolar AS untuk memenuhi kebutuhan membayar utang kepada kreditor.
Pengamat Pasar uang Edwin Sinaga di Jakarta, Kamis, mengatakan, BI masuk ke pasar karena khawatir rupiah akan terus terpuruk hingga mendekati angka Rp12.000 per dolar AS.
Apabila rupiah mencapai angka tersebut, maka dikhawatirkan mata uang Indonesia akan makin terpuruk, ujarnya.
Namun, lanjut dia, BI kemudian berupaya menahan tekanan tersebut yang terbukti pada sore ini melakukan aksinya sehingga rupiah kembali mendekati angka Rp11.000 per dolar AS.
"Kami optimis BI akan berusaha untuk menjaga rupiah tidak jauh dalam kisaran antara Rp10.500 sampai Rp11.000 per dolar AS," ucapnya.
Edwin yang juga Dirut PT Financorpindo Nusa mengatakan, rupiah seharusnya tidak tertekan pasar, setelah pemerintah menerbitkan obligasi untuk mencari dana murah masyarakat.
Namun kenyataan terbalik, karena kebutuhan dolar AS yang sangat tinggi mengakibatkan rupiah merosot, ucapnya.
Apalagi, lanjut dia, indikator ekonomi Indonesia yang makin membaik seperti inflasi Januari yang diperkirakan akan mengalami deflasi akan mendorong BI kembali menurunkan suku bunganya.
Menurut dia, rupiah sebenarnya sedang mencari titik keseimbangan baru yang sampai saat ini masih belum pasti, karena krisis keuangan global yang terjadi akhir-akhir ini. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009