Jakarta (ANTARA News) - Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Achmad Faisal, Minggu, menyatakan Pertamina sedang mengkaji pembangunan dua terminal elpiji dingin berkapasitas 160.000 metrik ton senilai 600 juta dolar AS.
Terminal elpiji yang akan dibangun di Tanjung Sekong, Merak dan Makkasar ini akan meningkatkan keandalan infrastruktur elpiji yang dimiliki BUMN itu, demikian Achmad usai menyaksikan bongkar muat elpiji di tengah laut Teluk Semangka, Lampung.
"Saat ini, kami sedang hitung secara teliti rencana pembangunannya. Kami targetkan kajian selesai akhir tahun ini," katanya.
Menurut Faisal, jika pembangunan kedua terminal bisa dimulai secara bersamaan pada tahun 2010, maka terminal sudah beroperasi 4-5 tahun kemudian atau sekitar tahun 2014-2015.
Setiap unit terminal memiliki kapasitas 80.000 metrik ton dengan nilai investasi sekitar 300 juta dolar AS.
Ia mengatakan, pertimbangan utama sebelum membangun terminal "refrigerated" adalah nilai investasi yang cukup tinggi, mencapai 300 juta dolar AS per unit.
"Dengan investasi cukup besar itu, kami sedang pertimbangkan pula, apakah cukup menyewa kapal tanker elpiji jenis VLGC (very large gas carrier) saja seperti yang sudah dilakukan sekarang ini," katanya.
Saat ini, Pertamina telah menyewa tiga kapal VLGC masing-masing berkapasitas 45.000 metrik ton elpiji yang difungsikan sebagai "floating storage offloading" (FSO) atau fasilitas penimbunan terapung.
Menurut Faisal, harga sewa kapal "refrigerated" itu memang cukup mahal antara 17.000 dolar AS per hari hingga 35.000 dolar AS per hari per unit tergantung kondisi pasarnya.
"Namun, dibandingkan membangun terminal bisa saja menyewa lebih efisien. Kami sedang terus menghitungnya," tambahnya. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009