"Pada awalnya kitab-kitab tersebut dianggap hilang karena tidak berada di Museum Radya Pustaka. Padahal, tiga kitab tersebut tercantum dalam daftar katalog koleksi museum," kata Ketua Komite Museum Radyapustaka Surakarta, Winarso Kalinggo di Solo, Sabtu.
Dia mengatakan, kondisi pengelolaan museum oleh kepengurusan lama memang semrawut sehingga menimbulkan masalah, termasuk hilangnya koleksi arca batu dan arca perunggu.
"Hilangnya kitab tersebut baru diketahui ketika kepengurusan baru komite museum melakukan pendataan koleksi pada April 2009," katanya.
Setelah ditelusuri, tiga kitab terjemahan Alquran ke dalam bahasa dan tulisan Jawa itu ternyata dipinjam Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah sejak tiga tahun yang lalu.
Peminjaman ini diketahui seorang petugas yang menemukan selembar kertas yang menyatakan tiga buku kuno tersebut dipinjam Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah untuk keperluan peresmian Masjid Agung Jawa Tengah.
Yang lebih disesalkan, kata dia, surat tersebut hanya ditulis dengan pensil.
"Setelah penemuan surat tersebut, pihak Museum Radya Pustaka melakukan klarifikasi kepada Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah. Pengakuan mengenai peminjaman tersebut disampaikan oleh Museum Perkembangan Islam Jateng," katanya.
Terjemahan Alquran ke Bahasa jawa itu terdiri atas tiga buku, masing-masing buku berisi sepuluh juz, disusun oleh salah satu abdi dalem ulama nagari, Bagoes Ngrapah, pada 1905 dengan menggunakan tulisan tangan.
"Selain tiga kitab tersebut, diperkirakan masih terdapat beberapa buku koleksi museum yang saat ini menghilang," katanya. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009