San Francisco (ANTARA News/AFP) - Musik dan Internet, Jumat waktu AS, kawin di kawasan mewah San Francisco di Nob Hills setelah orang-orang dalam di industri ini diajari trend Web 2.0, mulai dari jejaring sosial sampai telepon cerdas berkamera.
Teknologi internet akan mentransformasi industri musik di dalam mana pendapatan studio rekaman jatuh menyusul ambruknya penjualan keping CD, demikian disampaikan sekelompok elite dalam konferensi bandwidth.
"Teknologi internet benar-benar ada untuk memperkuat konsumen dan seniman," kata Wakil Presiden Produk dan Manajemen Konten Gracenote, Stephen White.
"Ini menyangkut bagaimana menciptakan pengalaman bermusik yang lebih baik dan kami kira pengalaman sama terjadi pada film, TV dan konten entertainmen lainnya," lanjut White.
Gracenote mengkhususkan diri pada teknologi pengenal musik seperti digunakan iTune produk Apple. Sony membeli perusahaan berbasis di California tahun lalu dengan nilai yang disebut mencapai 260 juta dolar AS.
CarStars yang dibuka Gracenote tahun ini membuat pelanggan bisa memilih musisi kesukaannya sebagai teman musiknya yang mengorkestrai daftar lagu berdasarkan apa yang terbaik sesuai suasana, apakah saat melancong di pantai atau bepergian di bus.
"Kami lihat di masa depan ada pengalaman yang jauh lebih baik dan tawaran yang menyeluruh," kata White.
Para penggemar musik akan bisa berinteraksi dengan para artis dalam cara yang lebih bermakna, kata White memprediksi.
Creative Allies berencana segera meluncurkan versi percobaan dari software yang memungkinkan artis idola penggemar membuat apapun dari poster konser dan desain t-shirt sampai video dan biografi musik.
Jumlah uang yang dikeduk dari konser langsung telah meroket, dan mendorong terciptanya jajaran jasa online perburuan tiket berbasis komisi, demikian kepala eksekutif JamBase, David Rosenheim.
Misi bisnis JamBase adalah menjadi sumber online satu-satunya bagi penggemar siaran musik langsung.
Ketersediaan online musik rekaman, mendorong musisimengirimkan pertunjukan langsung mereka yang jauh melewati alunan lagu dalam CD-CD mereka.
"Jelasnya, anda mesti terlibat dalam pertunjukan," kata Diaris Alexander dari Youth Movement Records, kelompok yang bekerja menciptakan kenyamanan bermusik bagi kawula muda anggota generasi musik Hip Hop.
"Kami mencari media interaktif. kami perlu pengalaman lebih dalam, sehingga mengapa tidak dengarkan saja musik online mereka?"
Pertunjukkan langsung mendorong melesaknya penjualan musik rekaman di abad Internet ini dan memberi peluang-peluang mendapatkan untung dengan cara menjual video performa penggemar dalam flash disk atau DVD begitu mereka meninggalkan panggung.
Ini membangkitkan harapan bahwa layanan berbagi gambar video amatir secara online dalam laman-laman seperti YouTube akan mengilihami penggemar untuk mencari versi profesional dari mana uang bisa dicangkul.
"Video-video YouTube adalah gerbang obat. Saya kira sebagian besar grup band bekerja untuk mendapatkan model selundupan sebagai salah satu cara menarik orang menggemari lamannya," kata seorang videografis musik profesional dari Bandwidth.
Para artis juga bisa memperoleh penghasilan dari data yang didasarkan pada kontak informasi tentang penggemar, mengingatkan mereka lewat email dan sms mengenai lagu-lagu baru mereka, pernak-pernik musik atau jadwal manggung mereka.
Komunitas online seperti MySpace dan Facebook menjadi tempat berpengaruh bagi musisi, karena rekomendasi anggota jejaring kepada temannya mengenai suatu musik menjadi faktor dibelinya produk-produk rekaman para artis, kata Rosenheim.
Pendekatan musik gaya baru yang mengalirkan musik online sebagai layanan berbayar dan berdukungan iklan, sepertinya telah menyedot perhatian awam.
Radio online Pandora yang memutarkan jasa streaming musik tanpa henti Spotify dari aplikasi iPhone, dianggap menantang model gerai musik online ala iTune buatan Apple.
"Terdapat berton-ton model baru seputar musik rekaman yang sebagian besar tidak berlanjut. Orang kini menikmati musik lebih banyak dari sebelumnya. Sayang, mereka tidak membayar lagu-lagu itu," kata Rosenheim. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009