"Bagi Unand, kehadiran mahasiswa dari luar negeri, bisa mengangkat citra Unand sebagai universitas yang berkualitas," kata Rektor Unand Musliar Kasim di Padang, Jumat.
Musliar mengatakan, Unand tak akan mengikuti langkah Universitas Diponegoro (Undip) Semarang yang menghentikan penerimaan mahasiswa baru dari Malaysia dengan alasan nasionalisme, bahkan Unand tengah mengirim 20 dosennya untuk belajar di Malaysia.
Musliar menyatakan, selain kualitas, Unand melihat kehadiran mahasiswa Malaysia juga sebagai perwujudan kedekatan budaya Malaysia-Sumbar.
"Persoalan Indonesia-Malaysia harus dilihat secara proporsional. Mestinya kita pandai memilah-milah," katanya mengingatkan.
Musliar mengimbau semua pihak di Indonesia tidak terlalu reaktif melihat persoalan yang terjadi belakangan ini, khususnya terkait hubungan Indonesia dengan Malaysia.
"Masalah tari Pendet diklaim Malaysia bisa diselesaikan pemerintah. Begitu juga masalah lainnya seperti Ambalat, dan masalah TKI bisa dibicarakan melalui jalur diplomatik," katanya.
Menyangkut lagu Indonesia Raya yang dilecehkan, kata Musliar, itu bukan pemerintah Malaysia yang melakukan. Karena dimuat dalam blog, bisa siapa saja pelakunya.
Saat ini sekitar 300 lebih mahasiswa dari Malaysia menuntut ilmu di tiga fakultas di Unand yakni Fakultas Kedokteran, Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) dan Farmasi. Jumlah mahasiswa asal Malaysia terbesar terdapat di Fakultas Kedokteran.
Dekan Fakultas Kedokteran Unand, Masrul, mengatakan, terdapat 270 mahasiswa asal Malaysia menuntut ilmu di tingkat I hingga V di fakultas itu. Sedang mahasiswa baru, setiap tahunnya Unand menerima 50 mahasiswa dari Malaysia.
Sejak 1981, sudah 82 alumni Fakultas Kedokteran Unand dari Malaysia. Mahasiswa asal Malaysia belajar di Unand, mulanya melalui kerjasama Goverment to Goverment (G to G).
"Mahasiswa dari Malaysia mulai banyak masuk Unand sejak 2004," kata Masrul.
Fakultas Kedokteran Unand digandrungi mahasiswa dari Malaysia karena merupakan satu dari 13 Fakultas Kedokteran di Indonesia yang memenuhi standar yang diakui Malaysia. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009