Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan pihaknya bukan seorang fundamentalis pasar (semuanya diserahakn ke pasar).

"Bila pasar tidak efisien, maka layak dintervensi. Pasar kalau bekerja efisien layak diteruskan. Kalau ada yang bisa memaksakan kenhendaknya layak di Intervensi. Jadi ukurannya cuma satu saja, apakah pasar bekerja efisien, kalau jawabannya tidak ada, dan ada yang punya kekuasaan berlebih untuk menetukan, itu dibenarkan kalau regulator mengadakan intervensi," katanya seusai berbuka puasa.

Menurut Darmin, saat ini di seluruh negara di dunia tengah mencari bentuk-bentuk yang tepat dari bekerjanya mekanisme pasar tersebut. Hal ini setelah melihat krisis keuangan yang terjadi pada akhir tahun ini. Ia mengatakan, hampir semua negara saat ini melakukan intervensi terhadap pasar.

"Ketika belajar ilmu ekonomi selalu disebut struktur bisa membuat pasar tidak efisien, maka diperlukan campur tangan regulator," katanya.

Ia menambahkan, intervensi yang dilakukan oleh regulator diharapkan tidak memicu inefisiensi baru. "Jangan sampai terlalu jauh (intervensi), jangan menimbulkan inefisiensi baru," katanya.

Sementara itu, menurut dia, di sektor keuangan, sebenarnya merupakan sektor yang diatur dengan ketat. "Pasar uang berbeda dengan pasar sepattu, disini di hampir seluruh negara sebenarnya `highly regulate` (diataur dengan ketat)," katanya.

Sehingga menurut dia, intervensi yang dilakukan oleh otoritas agar pasar bkerja secar efisien tetap dibenarkan. "Bahkan di AS, gaji bankir aja dibatasi oleh otoritas," katanya.

Ia mengatakan, salah satu kebijakan intervensi yang mendorong agar pasar lebih efisien adalah kebijakan BI yang mendorong kesepakatan 14 bank untuk menurunkan bunga depositonya menjadi maksimal BI rate plus 150 basis poin atau maksimal delapan persen. Hal ini karena ia melihat adanya sebuah kekuatan yang bisa membuat pasar tidak efektif, sehingga perlu intervensi mendorong bunga turun.

Ia menampik tuduhan analis hal itu merupakan tindakan frustasi dari bank Indonesia terhadap pasar. "Tidak itu suatu langkah yang wajar, kalau didiamkan justru tidak benar," katanya.

Seperti diketahui, BI baru-baru ini mendorong kesepakatan perbankan untuk menurunkan suku bunga depositonya menjadi maksimal BI rate plus 150 basis poin atau saat ini maksimal delapan persen. Hal ini karena bunga deposito perbankan dinilai masih sangat tinggi yaitu di atas 10 persen, sehingga menyulitkan penurunan suku bunga kredit.

Menurut Darmin, dorongan tersebut dilakukan setelah sinyal penurunan agresif BI rate sejak Desember 2008 hingga saat ini sebesar 300 basis poin menjadi 6,5 persen tidak direspon oleh perbankan.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009