Athena (ANTARA News/AFP) - Pemimpin NATO mendesak Yunani, Kamis, untuk tidak mengganggu kerjasama antara NATO dan Uni Eropa di Afghanistan karena perselisihannya dengan Turki, dengan mengatakan keamanan tentara internasional dipertaruhkan.
NATO dan Uni Eropa, keduanya hadir di Afghanistan, sejauh ini gagal untuk menandatangani perjanjian keamanan bagi kerjasama yang lebih baik di lapangan.
"Tiadanya perjanjian ini mungkin menempatkan personil kita di lapangan dalam risiko," kata Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen setelah pertemuan dengan PM Yunani Costas Karamanlis.
"Kami telah membicarakan hal itu secara terinci, karena hal itu merupakan keprihatinan sebenarnya bagi saya. Kita tidak dapat membolehkan kurangnya keamanan karena masalah politik itu."
Rasmussen, yang melakukan perjalanan ke Turki Kamis, mengatakan ia juga akan menyampaikan masalah itu pada Ankara.
Dalam jawabannya, Karamanlis mengakui bahwa kerjasama Uni Eropa-NATO "penting" dan mengatakan "pikiran sehat mesti berlaku".
"Jelas bahwa NATO harus bekerjasama dengan semua anggota UE," tegasnya.
Hubungan antara Yunani dan Turki, yang bersekutu di bawah payung NATO, masih tegang karena masalah Siprus, salah satu anggota UE.
Yunani menuding Turki karena penolakannya untuk mengakui Republik Siprus yang diperintah Siprus Yunani.
Pulau itu terbagi sejak 1974 ketika Turki merebut dan menduduki sepertiganya sebagai tanggapan atas kudeta yang direncanakan-Athena di Nikosia yang ingin menyatukan Siprus dengan Yunani.
Pada Selasa, Rasmussen mengatakan masalah bilateral antara Yunani dan Turki telah mempengaruhi upaya aliansi itu di Afghanistan dan Afrika.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009