Jakarta (ANTARA News) - Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI), Ikhsan Mojo mengatakan, tingkat kemiskinan di Indonesia memang menurun secara statistik, namun kenyataannya tidak demikian.

"Penurunan statistik tersebut didasari dengan meningkatnya pekerja di bidang informal, namun sebenarnya hal tersebut tidak mengatasi kemiskinan," katanya pada sejumlah wartawan dalam acara berjudul "Kriteria Ideal Menteri Dan Evaluasi Atas Kinerja Pemerintahan SBY Menjelang Terbentuknya Kabinet Baru" di kantor LSI, Menteng, Jakarta, Kamis.

Ikhsan mengatakan, orang yang bekerja di bidang informal tidak dapat menurunkan tingkat kemiskinan karena pekerja tersebut bisa disebut sebagai "desperate worker".

Maksudnya adalah, jelasnya, orang yg melakukan pekerjaan apapun walaupun sebenarnya hasilnya tidak jelas, bahkan cenderung tidak berpenghasilan.

"Hal tersebut karena definisi dari pekerja yang mengatakan bahwa seseorang dapat dikatakan bekerja apabila ia bekerja minimal tiga jam dalam satu minggu," kata pengamat ekonomi tersebut.

Menurut Ikhsan, ringkihnya tingkat pengangguran dan kemiskina sedikit banyak juga dipengaruhi oleh pola kabinet yg tidak pernah berubah sejak dulu.

"Indonesia menganut kabinet biforkasi, yaitu kabinet yang berdiri di atas dua kaki, yang di antaranya adalah profesionalisme dan politik," jelasnya.

Banyak menteri, kata Ikhsan, yang berasal dari partai selalu ditempatkan di bidang mikro ygng bertujuan menghimpun dana untuk kepentingan partainya.

Ia menilai, saat ini dalam penyusunan kementerian, walaupun berasal dari partai politik terutama harus profesional.

"Jika melihat kondisi saat ini, kementerian yang harus menjadi fokus dan memiliki kekuatan besar adalah menteri industri dan pertanian," lanjutnya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009