"Laba semester I 2008 Rp1,1 triliun, tahun ini akan turun," kata Dirut Timah Wachid Usman, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan, sepanjang enam bulan pertama 2009, harga rata-rata penjualan timah mencapai 11 ribu dolar AS per ton, merosot sekitar 60 persen dari sebelumnya sebesar 18-19 ribu dolar AS per ton.
Padahal diutarakan Wachid, perusahaan pada saat yang bersamaan mampu meningkatkan volume penjualan.
"Volume tetap tinggi karena perseroan mempunyai pelanggan tetap yang loyal di saat rata-rata permintaan dunia menurun," katanya.
Meski vulome penjualan meningkat diutarakan Wachid, penurunan laba disebabkan biaya produksi selama semester I 2009 yang tetap tinggi.
Efisiensi dengan memangkas biaya sudah dilakukan, termasuk menunda sejumlah proyek yang kurang produktif untuk jangka panjang.
"Rencana pengembangan pabrik aspal kami tunda, tapi yang lain jalan terus," katanya.
Sedangkan untuk alat produksi seperti pembuatan kapal tetap dipercepat untuk mendukung operasional.
"Dengan pengoperian kapal baru diharapkan lebih efisien," katanya.
Meski begitu ia berharap pada semester II 2009, kinerja keuangan bisa meningkat tercermin dari tanda-tanda kenaikan harga timah pada kisaran 14-15 ribu dolar AS per ton.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009