Jakarta, (ANTARA News) - Apa resep perkasa "Sang Profesor" ketika memberanikan diri mencium kening seorang gadis? Jangan dulu dijawab karena disinyalir keberanian itu dapat diserempetkan sebagai ulah subversif. Itu tabu, jangan dilakukan. Itu terlarang, jangan diperbuat. Kata jangan terlahir sebagai "apa yang tidak boleh dilakukan".
Kata jangan begitu berdaya serentak bermasalah. Filsuf Immanuel Kant merumuskannya sebagai imperatif kategoris yang berbunyi: Bertindaklah sedemikian rupa agar prinsip atau kaidah tindakanmu dapat sekaligus kaukehendaki sebagai kaidah yang berlaku umum.
Misalnya, jangan ingkar janji, jangan berbohong kepada pacar, jangan merokok. Kaidah ini hanya menetapkan batas-batas ruang lingkup kegiatan, tetap tidak memberi arah atau tidak mengatakan apa yang perlu dilakukan.
Jangan dulu mencoret kata jangan, karena arsitek Arsenal "Sang Profesor" Wenger mengecup kemenangan demi kemenangan ketika melakoni Premier League dan Liga Champions. Ambisi dari pasukan yang bermarkas di stadion Emirates ini begitu membuncah saat menghadapi seteru-seterunya. Kecupan Wenger bertuah.
Yang masih hangat, Arsenal melibas Glasgow Celtic 3-1 pada leg kedua kualifikasi Liga Champions di Stadion Emirates, Rabu (26/8) atau Kamis dini hari WIB. "The Gunners" lolos fase grup Liga Champions dengan unggul agregat 5-1.
Kata jangan seakan kurang berterima di kalangan pasukan muda Wenger. Yang tersaji di laga Premier League, satu kata saja bagi Arsena: tampil beringas mendekati buas.
Jangan dulu bersorak, karena Arsenal menuai keraguan meski ada kepercayaan diri. Hengkangnya Emmanuel Adebayor dan Kolo Toure melemahkan sisi ofensif dan defensif. Kekompakan diacungi jempol, tapi skuad musim ini masih dianggap belum cukup kinclong.
Buktinya? Di percaturan empat besar, Gunners-lah yang cenderung merasakan denyut ancaman Manchester City. Kata jangan didekonstruksi oleh arsitek asal Prancis ini dengan dimaknai sebagai kemenangan demi kemenangan.
Satu persatu lawan diberi diktat berjudul "bagaimana mencium kemenangan di tengah keriuhan kompetisi". Everton ditekuk 1-6 Arsenal di Goodison Park. Dengan mengemas dua gol, Francesc Fabregas menyabet predikat sebagai "man of the match".
Di hadapan masyarakat Stadion Emirates, Gunners memberi kuliah bertajuk "cara jitu meladeni lawan yang siap menerkam". Hasilnya, Porstmouth dikalahkan 1-4 oleh Arsenal. Abu Diaby menyumbang dua gol. Konklusinya: lawan yang dihadapi skuad "youngster" belum berdaya alias keok.
Mengapa ciuman Sang profesor memiliki asa? Jawab Wenger kepada laman BBC Sport, "Saya hanya menjalankan satu tugas. Kami tampil sebagai tim yang paham betul bagaimana tampil dan siap bertarung di segala pertandingan".
"Dengan menurunkan para pemain yang rata-rata berusia 28 atau 29 tahun, peningkatan dapat dicapai sekitar lima persen. Dengan menyertakan pemain berusia rata-rata 22 tahun, dapat diraih kemajuan sampai 30 persen. Meski, masih ada tanda tanya karena musim baru saja mulai," katanya juga.
Apakah libido kemenangan Wenger itu berlebihan? Tidak! "Saya sangat percaya diri karena kami punya kualitas, kami punya keteguhan sikap, kami punya pemain bertalenta dan kami punya ambisi. Di masa depan, kami berharap tidak mengecewakan banyak orang," kata Wenger yang dibaptis sebagai manajer paling sukses yang pernah dimiliki Arsenal.
Pria yang mengambil kuliah di Universitas Strasbourg dengan bidang studi ekonomi itu memberi Arsenal tiga gelar juara Liga Primer (1998, 2002, 2004) dan empat Piala FA (1998, 2002, 2003, 2005). Bersama pasukan "the young guns"-nya, yang kini bertambah amunisi seiring kedatangan bek Thomas Vermaelen. Formula Wenger= pemain muda plus pemain senior.
Yang muda mengandalkan kepercayaan diri. Yang senior mengandalkan segudang pengalaman mengarungi lag demi laga. Keduanya disatukan dalam satu kata: obsesi. Yang muda, yang senior dapat berobsesi bila dan hanya bila berbekal gairah hidup (l'elan vital) dan keberlangsungan hidup (la duree).
Wenger tampak terinspirasi oleh filsuf Bergson. Menurut filsuf Prancis itu, l'elan vital mencapai puncaknya dalam munculnya individu yang bebas dan otonom. "La duree" bertahan terus agar dikembangkan dengan kreativitas dan spontanitas. Nah, formula Wenger = gairah hidup = kreativitas + spontanitas.
Bagaimana formula itu diterapkan? Bahasa gaulnya, what's next gitu lho? Menghadapi Manchester United dalam laga pada Sabtu waktu setempat, Wenger bakal mengubah taktik, dari formasi 4-4-1-1 menjadi 4-3-3. Buktinya, formasi ini telah menghasilkan 10 gol dalam musim ini.
"Dua tahun lalu, kami meraih 83 poin dan tidak memenangi gelar," katanya kepada laman Arsenal. Implikasinya, skuad Arsenal perlu merevolusi diri terus menerus karena setiap laga memuat keunikan.
"Setan Merah" asuhan Alex Ferguson siap menerkam setiap lawan. United bertambah perkasa dengan pulihnya pemain belakang Nemanja Vidic dari cedera, meski penjaga gawang Edwin van der Sar masih absen. Di kubu Gunners, kapten Cesc Fabregas diragukan dapat tampil karena dibekap cedera lutut. Theo Walcott pun belum pulih benar dari cedera punggung.
Ketika meladeni United, Wenger mengecup kening laga kehidupan dengan memercayai kredo, bahwa jangan pernah meremehkan diri sendiri.
Dengan menggunakan imperatif kategoris-nya Kant, maka, "kamu akan terbantu mendapatkan hasil optimal jika mengetahui bahwa dirimu adalah orang yang cerdas, berbakat, dan bijaksana. Jika kamu mengakui dan mengamini hal-hal itu dalam diri sendiri, maka kepercayaan diri menciptakan sikap batin untuk meraih sukses."
"Sang Profesor" mencium kening gadis. Sontak, pipi gadis kemerahan. Dan kata-kata yang tersisa dari gadis itu, "apa kau tahu bagaimana cara melakukannya?" (*)
Pewarta: Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009