Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Sejumlah jet tempur dan helikopter meriam Pakistan membom posisi-posisi militan di Waziristan Selatan, Rabu, kata beberapa pejabat.
Pemboman itu, serangan terbaru militer terhadap gerilyawan Taliban di daerah suku baratlaut yang berbatasan dengan Afghanistan, dilakukan setelah kematian pemimpin Taliban Pakistan Baitullah Mehsud dan ketika para analis mendesak pemerintah Pakistan memanfaatkan kemungkinan perselisihan di jajaran kepemimpinan militan.
Serangan-serangan udara itu dilakukan di lokasi sekitar 40 kilometer sebelah timur kota utama Waziristan Selatan, Wana, kata pejabat-pejabat keamanan dan militer.
Sejumlah prajurit dan militan dikabarkan tewas dalam pemboman dan bentrokan.
"Ini pada dasarnya sebuah operasi pembersihan jalan. Helikopter meriam dan artileri berat mengambil bagian. Jet-jet tempur juga membom posisi mereka," kata seorang pejabat militer di kota utama baratlaut, Peshawar, kepada AFP.
Seorang pejabat keamanan mengatakan, pasukan paramiliter membersihkan sekitar 20 kilometer jalan dari Waziristan Selatan menuju distrik berdekatan Dera Ismail Khan untuk memastikan bahwa jalur itu aman bagi gerakan militer dan paramiliter.
"Kami menghadapi perlawanan kecil, militan menembakkan roket dan menggunakan senjata lain," kata pejabat keamanan itu.
Pejabat militer di Peshawar mengatakan, "Dua prajurit paramiliter mati syahid dan tujuh orang terluka dalam operasi dua hari. Sejumlah militan tewas dan beberapa lagi yang jumlahnya tidak diketahui terluka dalam operasi tersebut."
Pakistan pada akhir April meluncurkan ofensif terhadap Taliban di Lembah Swat di wilayah baratlaut dan mengklaim telah "melenyapkan" kelompok militan di sana.
Daerah suku Pakistan, khususnya Lembah Swat, dilanda konflik antara pasukan pemerintah dan militan Taliban dalam beberapa waktu terakhir ini.
Militer Pakistan meluncurkan ofensif setelah Taliban bergerak maju dari Swat ke Buner, ke arah selatan lagi menuju ibukota Pakistan, Islamabad, setelah Washington menyebut kelompok itu sebagai ancaman bagi keberadaan Pakistan, negara yang bersenjatakan nuklir.
Pakistan menyatakan, lebih dari 1.900 militan dan 170 personel keamanan tewas, namun jumlah kematian itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen.
AS mendukung ofensif militer Pakistan terhadap Taliban di Lembah Swat dan daerah-daerah baratlaut sekitarnya, yang diluncurkan pada akhir April setelah serangan-serangan sebelumnya yang menterlantarkan 1,9 juta orang.
Ofensif militer diluncurkan di distrik-distrik Lower Dir pada 26 April, Buner pada 28 April dan Swat pada 8 Mei. Ofensif itu mendapat dukungan dari AS, yang menempatkan Pakistan pada pusat strateginya untuk memerangi Al-Qaeda.
Swat dulu merupakan daerah dengan pemandangan indah yang menjadi tempat tujuan wisata namun kemudian menjadi markas kelompok Taliban.
Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.
Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani mendesak rakyat Pakistan bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dengan melancarkan serangan-serangan.
Para pejabat PBB mengatakan, sekitar 2,4 juta orang mengungsi akibat pertempuran itu -- sebuah eksodus yang menurut kelompok-kelompok hak asasi merupakan perpindahan terbesar penduduk di Pakistan sejak negara itu terpisah dari India pada 1947.
Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009