Lebak (ANTARA News) - Pertumbuhan ekonomi nasional diprediksikan meningkat empat persen menyusul membaiknya krisis global, kata pengamat ekonomi lokal Agung Sulistio, di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, Rabu.

Agung mengatakan, pemerintah Amerika Serikat dinilainya cepat dalam mengatasi krisis global dengan mengeluarkan anggaran stimulus guna perbaikan ekonomi global.

Membaiknya krisis global tersebut, menurut dia, tentu secara langsung berdampak terhadap ekonomi nasional.

Saat ini, dia memprediksikan pertumbuhan ekonomi nasional membaik dengan meningkatnya harga jual karet, biji kakao, cengkih, dan hasil perkebunan lainnya.

Bahkan, katanya, pertumbuhan ekonomi di tingkat masyarakat pedesaan juga tumbuh antara tiga sampai empat persen. Selama ini, kata dia, petani sudah menggeliat kembali untuk menanam perkebunan karet dan biji kakao.

"Sejak dilanda krisis global, harga karet semula Rp8.000 per kilogram menjadi Rp2.000 per kilogram akibat anjlok pasar dunia," katanya.

oleh karena itu, katanya, saat krisis global banyak petani karet menjerit dan beralih ke petani lain. Selain itu, juga petani terpaksa menjual atau menggadaikan perkebunan karet kepada orang lain.

"Saya optimistis ekonomi nasional akan tumbuh kembali," ujar Agung Sulistio yang kini menjabat Manager Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Rangkasbitung.

Lebih jauh dia mengatakan, sebetulnya krisis global lebih menakutkan dibandingkan krisis moneter atau krismon yang melanda Indonesia tahun 1998 lalu.

Alasannya, krisis global bisa mematikan orang banyak terutama kalangan pebisnis, investor, dan perdagangan dunia. Selain itu, banyak perusahan-perusahan bangkrut dan melahirkan tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.

Sedangkan krisis moneter sifatnya lokal dan tidak semua orang terkena imbas atau terpukul krismon sebab krismon hanya disebabkan melemahnya nilai tukar uang Indonesia terhadap dollar Amerika Serikat, katanya.

"Saya kira kita masih beruntung krisis global tidak berlangsung lama, sehingga pertumbuhan ekonomi nasional dipastikan membaik," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009