Bogor (ANTARA News) - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Jawa Barat (Jabar) akan mengusung kader terbaiknya, KH Hafidz `Utsman, sebagai figur yang akan diperjuangkan untuk memimpin PBNU pada Muktamar ke-32 NU di Makassar, Sulsel 2010.
Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jabar KH Agus Salim Mawardi kepada ANTARA di Bogor, Rabu, mengemukakan, PWNU Jabar mempunyai banyak stok kader yang dapat diperjuangkan untuk memimpin PBNU ke depan.
Namun, dari sekian banyak kader NU Jabar, kader yang paling layak diusung hanya seorang figur, yakni KH Hafidz `Utsman, baik di syuriah maupun tanfiziah.
"Tanpa mengecilkan dan menafikan keberadaan kader lain, PWNU Jabar akan mengusung KH Hafidz `Utsman sebagai figur pimpinan PBNU ke depan," katanya.
Saat ini, KH Hafidz `Utsman menjabat sebagai salah seorang Rais Syuriah PBNU periode 2004-2009. KH Hafidz juga tercatat sebagai Mustasyar di PWNU Jabar. Aktivitas lainnya yaitu sebagai Ketua MUI Jabar.
Pada kepanitiaan Muktamar ke-32 NU yang akan dihelat lima bulan mendatang, KH Hafidz `Utsman menduduki jabatan paling strategis yaitu sebagai Ketua Panitia Muktamar.
Pimpinan Pesantren Ibnu Aqil Laladon Ciomas Kabupaten Bogor tersebut membeberkan sejumlah alasan mengapa PWNU Jabar akan memperjuangkan KH Hafidz `Utsman pada Muktamar NU, antara lain sebagai seorang kader Hafidz `Utsman meniti karir dari bawah dan paling senior.
"Di PBNU wakil Jabar yang rekam jejak karirnya dari bawah hanya KH Hafidz `Utsman. Beliau juga paling senior," katanya.
Selain itu, lanut Agus, Hafidz `Utsman tidak terlibat dalam politik praktis. Kader Jabar lain yang saat ini ada di PBNU umumnya sudah terlibat politik praktis dengan menjadi partisan pada salah satu partai.
Ada kader PWNU Jabar yang aktif di Baitul Muslimin Indonesia (BMI) bentukan PDIP, ada yang terlibat di PKB, PPP, dan berbagai partai.
"Pak Hafidz tidak terjebak dalam politik praktis. Beliau ulama pesantren tulen yang nonpolitikus. Saya kira beliau akan lebih diterima oleh para muktamirin, yang umumnya menghendaki agar NU menjalani depolitisasi sesuai dengan amanat Khittah 1984," papar dia.
Alasan lain yang menjadi pertimbangan PWNU Jabar mendorong ulama kelahiran Banten memimpin PBNU, karena resistensinya paling kecil. Figur Hafidz `Utsman cenderung bisa diterima oleh pengurus cabang NU (PCNU) di Jabar, karena resistensinya paling kecil dibandinhgka yang lain.
"Faktor resistensi itu menjadi perhatian karena akan sangat mempengaruhi tingkat penerimaan PCNU dan PWNU lain pada muktamar kelak," katanya.
Dari sisi kapasitas, sambung Agus, kemampuan Hafidz juga sudah teruji dan tidak diragukan lagi. Kapasitasnya sudah memadai untuk mengemban amanah tinggi di PBNU.
Begitu pula dari sisi jaringan, Hafidz memiliki hubungan luas, baik dengan sesama komponen NU maupun jarungan lainnya, baik skala lokal maupun nasional.
"Analisa kami, Hafidz sangat layak diperjuangkan memimpin PBNU, apalagi beliau merupakan figur yang sangat ihlas dalam berjuang," katanya.
Hingga kini, PWNU Jabar terus melakukan berbagai upaya sosialisasi internal terhadap 26 PCNU kabupaten/kota yang ada di Jabar agar solid memperjuangkan KH Hafid `Utsman.
Mengenai posisi yang akan dibidik dalam muktamar mendatang, lanjut Agus, pihaknya masih menganalisa perkembangan. Pasalnya pemunculan Hafidz akan dikombinasikan dengan tokoh dari wilayah lain sehingga dapat melakukan sinergi dalam muktamar.
"Kami baru final dalam hal figur yang akan diperjuangkan, namun dari sisi posisi masih akan menganalisa apakah di syuriah atau tanfidziyah. Pak Hafidz layak di syuriah maupun tanfiziah," katanya.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009