Nepenthes clipeata adalah salah satu spesies nepenthes atau yang dikenal juga sebagai kantong semar yang hanya bisa ditemukan di Gunung Kelam, Sintang, Kalimantan Barat, kata peneliti Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu.
Baca juga: BKSDA Kalbar amankan 712 buah kantong semar
Baca juga: KLHK tahan dua penjual kantong semar ke Taiwan
"Itu (Nepenthes clipeata) kalau sampai punah bukan hanya kerugian bagi Indonesia, tapi juga seluruh dunia akan merasa kehilangan karena spesies itu sangat langka," kata peneliti nepenthes itu ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat.
Menurut dia, keberadaan tanaman karnivora itu kini sudah sangat langka. Bahkan, ketika ia datang ke Gunung Kelam sekitar 2019, dia melihat populasinya sudah sangat menurun dan habitat aslinya sudah terganggu oleh perambah liar yang mencari tanaman langka itu untuk dijual.
Mansur menyayangkan aksi penjual kantong semar itu. Nepenthes clipeata adalah tanaman yang tidak bisa dipindahkan secara sembarang dari habitat aslinya di celah-celah curam batuan granit Gunung Kelam.
Baca juga: "Kantung semar" terancam perdagangan liar
"Nepenthes yang endemik itu susah tumbuhnya karena endemik, spesifik membutuhkan iklim mikro, sesuai dengan habitatnya, makanya disebut endemik. Kalau penyebarannya luas, akan mudah dibudidayakan," kata dia.
Nepenthes clipeata, kata dia, membutuhkan suhu dan unsur tanah spesifik yang sesuai dengan tempat asli tanaman itu tumbuh yang membuatnya sulit dibudidayakan atau dikonservasi di luar habitat aslinya.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama BKSDA Kalimantan Barat SKW II Sintang telah menahan dua orang yang diduga menjadi penjual kantong semar jenis Nepenthes clipeata dan Nepenthes spp ke Taiwan.
Baca juga: Kantong Semar Paling Terancam
Hal itu dilakukan mengingat Nepenthes clipeata adalah jenis tanaman yang dilindungi dan International Union for Conservation of Nature (IUCN), pada 2014 juga menetapkan tumbuhan itu masuk dalam Red List yang sangat berisiko punah.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020