Jakarta (ANTARA News) - Delegasi Parlemen Asia dalam Sidang Darurat Pimpinan Parlemen Negara-negara Berpenduduk Islam (PUIC) yang berlangsung di Istanbul, Turki, mengusulkan Israel diajukan ke Mahkamah Internasional, kata Presiden Parlemen Asia (APA) Agung Laksono dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
"Pimpinan Parlemen Asia akan mengusulkan kepada para pihak yang dianggap bersalah untuk diajukan ke Mahkamah Internasional, selaku pelaku kejahatan perang," kata Agung sambil menguraikan tujuan khusus PUIC untuk membahas krisis kemanusiaan di Gaza.
Agung menyatakan, jika Presiden Irak Sadam Hussein yang dituduh menewaskan 168 warga saja bisa dihukum mati dengan cara digantung, maka dalam aksi Israel ke Gaza ini pun seharusnya diselidiki siapa yang paling bertanggungjawab untuk diajukan ke pengadilan internasional.
Sidang darurat PUIC membahas tiga isu pokok, yaitu gencatan senjata segera, penarikan mundur seluruh pasukan Israel dari wilayah Palestina dan membuka blokade Palestina untuk melancarkan masuknya bantuan kemanusiaan dari berbagai penjuru dunia.
"Tuntutan segera diajukan ke Mahkamah Internasional kejahatan perang, merupakan bagian dari butir keputusan APA secara ekslusif," kata Agung yang dalam sidang ini didampingi Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen DPR RI Abdillah Toha.
Keputusan APA telah dirancang dalam pertemuan pimpinan APA di Damaskus, pekan lalu.
"Kami siap menyampaikan rumusan hasil Sidang Pimpinan APA yang telah dirancang pada 8 dan 9 Januari lalu di Damaskus bersama Ketua Parlemen Iran Ali Rijani dan Ketua Parlemen Suriah Mahmud Abrouse," tandasnya.
Wakil Ketua Umum DPP Golkar ini menyatakan, dukungan negara-negara berpenduduk muslim untuk penyelesaian konflik Israel-Palestina belum optimal dan sidang yang dihadiri pimpinan parlemen 47 negara ini bisa memberi tekanan politik untuk mengakhiri krisis Gaza.
"Yang juga sangat penting, bantuan kemanusiaan bisa segera disalurkan kepada penduduk Palestina khususnya di Jalur Gaza yang semakin menderita," kata Agung.
Kunjungan Ketua DPR-RI dan Presiden Parlemen Asia ke luar negeri berkaitan dengan krisis Gaza sebenarnya sudah dilakukan pada 7-10 Januari lalu ke sejumlah negara tetangga Palestina seperti Suriah, Lebanon dan Yordania.
Bahkan bersama Ketua Parlemen Syria dan Iran sempat bertemu Panglima Perang Hizbullah Syech Nasrullah di tempat persembunyiannya di Beirut.
"Hasil pertemuan itu memberi perspektif baru bagi kami, makna dan persepsi perlawanan bangsa Palestina terhadap Israel," kata Agung yang sempat mengisahkan perjalanan dramatisnya menemui orang paling dicari tentara Israel dan AS itu.
Misi lain Agung adalah menyampaikan resume hasil Extra Ordinary Meeting Parliementary Union Islamic Country (PUIC) di Istanbul ke Parlemen Uni Eropa di Strasbourg, Belgia, usai dari Turki.
Ia berharap Eropa lebih peduli terhadap serangan Israel ke Jalur Gaza yang sudah mengorbankan warga sipil.
"Kami ingin mengajak seluruh pemimpin dan warga dunia bukan hanya peduli, tetapi memberi bantuan nyata untuk meringankan penderitaan rakyat Palestina. Dari segi politik kami juga terus melakukan tekanan," katanya. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009
betapa sombongnya negara kecil ini, merasa diatas segalanya, bahkan hukum internasional cuma jadi cerita dongeng di negeri ini..