London (ANTARA News/Reuters) - Harga teh tampaknya tak mungkin naik lebih tinggi setelah melonjak ke rekor tertinggi di Kenya pekan lalu, Manuja Peiris, kepala eksekutif Komite Teh Internasional (ITC) yang berbasis di London, mengatakan pada Selasa.
Harga teh di Kenya, eksportir teh hitam terkemuka di dunia, mencapai tingkat rekor minggu lalu di tengah kekhawatiran musim kering dan pembelian menjelang bulan suci Muslim Ramadhan.
"Melihat kenyataan bahwa tanaman India Utara terikat menjadi berat di paruh kedua tahun ini dan mungkin pembelian panik sebelum Ramadan akan berakhir ... itu sangat sulit untuk mengharapkan harga naik lebih jauh," kata Peiris.
"Tapi dengan mengatakan bahwa mungkin tetap agak mudah berubah," kata dia kepada televisi Reuters.
Negara-negara Islam membangun stok komoditas jelang Ramadhan, yang dimulai pada hari Jumat, dan perdagangan kecil dilakukan selama bulan yang paling suci dalam kalender Islam.
Sicilya Kariuki, managing director Dewan Teh Kenya, kepada televisi Reuters mengatakan, bahwa produksi teh di Kenya kemungkinan akan jatuh sekitar 20 juta kg tahun ini, dibandingkan dengan tingkat tahun sebelumnya, menjadi sekitar 325 juta kg.
Namun, ia mengatakan, produksi harus berbalik naik, jika perkiraan untuk hujan baik pada kuartal pertama tahun 2010 terealisasi.
"Kami mengantisipasi sekitar 10 persen peningkatan pada kuartal pertama (2010) dibandingkan dengan bagaimana nasib kita di saat tahun ini," katanya. (*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009