Jambi (ANTARA News) - Bandar Udara Depati Parbo Kabupaten Kerinci, Jambi, siap didarati pesawat, karena saat ini sudah memiliki sarana dan prasarana yang memadai sebagai sebuah bandara.
Kepala Bandara Depati Parbo Sahari Sap melalui Koordinator Kelompok Teknisi, Asril B.Sc ketika dikonfirmasi, Selasa, mengatakan, kendati Bandara Depati Parbo merupakan kelas IV, pihaknya siap menerima kedatangan pesawat kapan saja.
Sarana dan prasarana yang dimiliki bandara tersebut sudah menyamai kelas tiga, bahkan "runway light" yang merupakan sarana penerbangan untuk kelas dua, juga dimiliki oleh Bandara Depati Parbo.
"Yang belum dimiliki oleh Bandara Depati Parbo hanya tower, jika tower sudah dimiliki, bandara ini akan menyamai bandara kelas tiga," katanya.
Kendati saat ini belum ada kejelasan tentang maskapai yang akan melayani rute Depati Parbo, pihaknya tetap siaga, bahkan radio navigasi menyala 24 jam, dan siap menerima jika ada pesawat yang ingin melakukan pendaratan darurat jika terjadi gangguan.
Ketika ditanya, Asril mengatakan, dalam keadaan darurat Bandara Depati Parbo yang mempunyai panjang landasan pacu 1.800 meter dan lebar 30 meter, bisa didarati pesawat jenis Boeing 737 yang bermuatan lebih dari 100 penumpang.
Namun, dalam keadaan normal, Bandara yang pengoperasiannya diresmikan Januari 2009 oleh Menhub Jusman Syafi`i Djamal, belum bisa didarati pesawat jenis Boeing 737, karena kapasitas bandara ini sesuai dengan UU Penerbangan, belum mampu menerima pendaratan pesawat sebesar Boeing 737.
Sementara itu, anggota DPRD Kabupaten Kernci Mat Ramawi mempertanyakan realisasi maskapai penerbangan Riau Air Lines (RAL) yang akan melayani penerbangan di Bandara Depati Parbo yang hingga kini belum terwujud.
Padahal, saat dioperasikan Pemkab Kerinci berkomitmen akan mengajak RAL untuk membuka rute penerbangan ke bandara yang dibangun dengan dana puluhan miliar rupiah tersebut.
"Masyarakat menunggu janji Pemkab yang akan mengajak RAL membuka rute Kerinci-Jambi, jangan sampai bandara ini menjadi mubazir," ujarnya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009