Potensi lahan gambut di Indonesia 13,4 juta ha dan ini yang terluas kedua di dunia
Jakarta (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian siap melakukan optimalisasi lahan gambut sebagai salah satu upaya meningkatkan produksi pangan nasional.
Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan (BBSDLP) Kementan
Husnain PhD, dalam webinar tentang "Pemanfaatan Gambut Secara Berkelanjutan" mengatakan Presiden Joko Widodo meminta Kementan menambah cadangan pangan 1,5 juta ton di luar produksi reguler untuk mengantisipasi krisis pangan di era pandemi.
"Banyak lahan yang diarahkan untuk memenuhi permintaan tersebut, termasuk kemungkinan pemanfaatan gambut," katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Mentan targetkan penambahan beras 900.000 ton dari cetak sawah baru
Sementara itu Kepala Badan Litbang Pertanian Dr Fadjry Djufry menyampaikan bahwa potensi lahan gambut di Indonesia 13,4 juta ha dan ini yang terluas kedua di dunia.
"Oleh karenanya pemanfaatannya untuk ekonomi harus terus dioptimalkan," ujarnya.
Peneliti senior BBSDLP Sofyan Ritung mengatakan istilah gambut yang berkembang di masyarakat memiliki beragam makna sehingga seringkali simpang siur, demikian pula terdapat banyak pemilahan gambut sehingga rekomendasi pemanfaatannya beragam.
"Yang paling sederhana adalah pemilahan gambut berdasarkan tingkat kematangan dan ketebalan gambut," katanya.
Itu belum termasuk pertimbangan tutupan lahan di atas gambut. Tingkat kematangan gambut misalnya terbagi tiga yaitu mentah, sedang, dan matang.
Sementara ketebalan gambut dibedakan dangkal (0,5 m-1 m), sedang (1-2 m), dan dalam (2-3 m).
"Oleh karena itu, rekomendasi pemanfaatan (lahan gambut) sangat spesifik tergantung gambutnya," kata Sofyan.
Prof Fahmuddin Agus, peneliti Balai Penelitian Tanah menambahkan, lahan gambut mempunyai manfaat ekonomi dan lingkungan yang penting bagi penduduk lokal dan masyarakat global sehingga prinsipnya adalah menjaga keseimbangan kedua manfaat tersebut.
Untuk mempertahankan lahan gambut, tambahnya, berupa hutan tidak terganggu dan hutan yang terganggu.
Sementara, hutan tanaman industri dikelola dengan pembuatan kanal blok untuk intensifikasi, sebaliknya untuk semak belukar dapat dibiarkan regenerasi alami.
Berikutnya untuk lahan berat dapat dipilih tiga opsi yaitu rehabilitasi menjadi lahan pertanian terutama pangan, paludiculture, atau restorasi untuk dihutankan kembali.
"Tentu, untuk lahan yang sudah dibuka untuk pertanian diperlukan intensifikasi dan pembuatan kanal blok untuk menghambat ekstensifikasi pertanian," katanya.
Prinsipnya, menurut dia, lahan gambut mempunyai berbagai manfaat ekonomi dan lingkungan yang kesemuanya amat penting bagi penduduk lokal dan masyarakat global, karena itu perlu dijaga keseimbangan kedua manfaat tersebut.
"Tersedia berbagai pendekatan pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan yang bersifat spesifik lokasi. Tapi, ingat setiap pendekatan tidak dapat diterapkan untuk semua penggunaan lahan," kata Fahmuddin.
Baca juga: Di tengah pandemi, bunga krisan Balitbangtan tetap diminati
Baca juga: Balitbangtan sebut jeruk Indonesia siap bersaing dengan jeruk impor
Pewarta: Subagyo
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020