Sultan: Produk Budaya Idealnya Dipatenkan Internasional

Yogyakarta (ANTARA News) - Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, suatu produk budaya dan seni warisan leluhur bangsa idealnya dipatenkan secara internasional.

"Meskipun suatu produk budaya dan seni telah diakui milik Indonesia, perlu dipatenkan secara internasional. Upaya itu untuk menghindari klaim dari bangsa lain," katanya di Yogyakarta, Selasa, menanggapi klaim Tari Pendet oleh Malaysia.

Dengan demikian, menurut Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu, hak paten produk budaya dan seni warisan leluhur bangsa seperti tari dan lagu daerah di Indonesia berlaku untuk seluruh dunia.

Namun, hak paten internasional itu tidak mudah, karena membutuhkan biaya yang cukup besar. Padahal, produk budaya dan seni warisan leluhur bangsa Indonesia jumlahnya cukup banyak.

"Hak paten seperti itu memang tidak gampang, membutuhkan biaya besar. Meskipun diakui milik Indonesia, seharusnya juga dipatenkan di Swiss atau Austria sehingga hak patennya berlaku untuk seluruh dunia," katanya.

Selain itu, kesulitan hak paten adalah tidak adanya penemu perseorangan suatu produk budaya dan seni warisan leluhur bangsa. Untuk mematenkan suatu produk budaya dan seni seperti itu memang tidak semudah yang dibayangkan.

"Jika mau mematenkan tentunya harus ada yang menciptakan. Padahal, sebagian produk budaya dan seni warisan leluhur bangsa Indonesia tidak diketahui penciptanya," kata Sultan.

Sementara itu, seniman Wardoyo mengatakan, pemerintah Indonesia perlu menginventarisasi produk budaya dan seni tradisional asli negeri ini. Selanjutnya, menyebarluaskan hasil inventarisasi itu melalui jaringan teknologi informasi seperti internet.

"Melalui upaya itu diharapkan masyarakat internasional akan mengetahui bahwa produk budaya dan seni tersebut milik bangsa Indonesia yang merupakan hasil karya dan warisan leluhur," katanya.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga perlu mendaftarkan hak paten produk budaya dan seni bangsa kepada lembaga berwenang agar tidak mudah diklaim oleh negara lain.

"Upaya itu sebagai langkah melindungi kekayaan kebudayaan bangsa Indonesia dari klaim negara lain khususnya Malaysia. Beberapa kasus klaim produk budaya dan seni bangsa Indonesia oleh Malaysia di antaranya reog, batik, dan terakhir Tari Pendet," katanya.(*)

3 September 2009

Pak Sultan ini berbicara tanpa menggunakan akal. Indonesia perlu membuktikan yang mereka mempunyai hak eksklusif budaya dan tidak pernah di praktik dimana mana di luar Indonesia. Ia semacam negara China mengatakan Taiwan tiada hak keatas budaya orang China. Kedua, adakah Indonesia mempunyai dana yang berlebihan untuk memfail paten internasional yang akan dibantah oleh Malaysia, Brunei dan Singapura. Ia hanya menguntungkan peguam paten yang mengenakan caj yang tinggi.

0 0 Balas LaporkanHapus
3 September 2009

Komentar tersasar. Kita sedang membicarakan tentang budaya Nusantara Melayu. Keturunun China bukan asal dari archipelago Melayu tetapi berasal dari negara China. Budaya China bebas dipraktikkan di Malaysia tetapi negara China dan rakyat negara China tidak pernah mengklaim budaya China untuk negara China sahaja kerana mereka bijak lebih luas budaya mereka dipraktikkan maka lebih luas peluang kerjasama perniagaan.

0 0 Balas LaporkanHapus
3 September 2009

Mau patenkan budaya indonesia yang sekian banyaknya? Brp biayanya?. Mendingan Indonesia bikin perusahaan paten internasional sendiri jadi uangnya bisa masuk ke indonesia getoh kali. Malaysia dan indonesia seperti Taiwan dan RRC. Meskipun nggak mau gabung dengan Indonesia tapi pingin diakui budayanya sama dengan indonesia. Sebagian orang malaysia yang congkak dan sombong itu nggak usah dipikirin kan Tuhan telah menyediakan neraka bagi yang menyombongkan diri. Do\'a orang teraniaya itu makbul

0 0 Balas LaporkanHapus
2 September 2009

Komentar warga malaysia keturunan melayu Indonesia, sebaiknya juga menghormati bahwa leluhur dan budayanya dari Indonesia seperti wni keturunan china yang tinggal di Indonesia, ternyata budaya china sangat dihormati bahkan selalu diberi kesempatan tampil pada event2 tertentu

0 0 Balas LaporkanHapus
1 September 2009

Bener itu Sultan, tapi kalu ada niat me-maten-kan sebaiknya tidak budaya saja!! Kuliner dan penemuan2 lain perlu juga dipatenkan secara Internasional. Nanti yang satu dipatenkan yang lain ngak malah jadi obyek klaim. Makanya sekalian aja. Mulai sekarang di inventarisir.

0 0 Balas LaporkanHapus