Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta, Selasa sore, melemah ke kisaran 10.020/10.035 per dolar AS, lebih buruk 35 poin dibanding posisi penutupan hari sebelumnya.
Bergulirnya data, termasuk indikator ekonomi AS yang menguatkan bahwa pertumbuhan ekonomi global membaik, telah mendorong aksi beli terhadap dolar sehingga tekanan dihadapi rupiah, kata Kepala Analis Keuangan PT Bank OCBC NISP, Suriyanto Chang, di Jakarta Selasa.
Suriyanto Chang mengatakan, pelaku asing juga menunggu laporan berikut terhadap data ekonomi AS apakah masih memberikan dukungan pasar.
"Kami memperkirakan tekanan pasar itu tidak berlangsung lama, karena itu rupiah berpeluang untuk kembali menguat," ucapnya.
Menurut dia, naik turunnya rupiah sebenarnya merupakan hal yang biasa, apabila mengalami kenaikan yang tinggi maka keesokan harinya akan terjadi koreksi, namun pasar sebenarnya masih positif terhadap rupiah.
Asumsi makro pemerintah menyebutkan nilai tukar rupiah pada 2010 ditargetkan sebesar 10.000 per dolar, karena itu rupiah sekarang sedang mencari keseimbangan baru, katanya.
Sementara itu dolar sendiri terhadap yen di pasar regional turun jadi 94,10 dari 94,56 . Euro tergelincir ke 1,4283 dolar setelah 1,4300 dolar dan menjadi 134,50 yen dari 135,25 yen.
Pasar ingin melihat data ekonomi AS, terutama indeks keyakinan konsumen untuk Agustus, yang akan dirilis pada Selasa, katanya.
Ia mengatakan, rupiah sebenarnya tidak akan terpuruk apabila sentimen pasar dari internal membaik, setelah beberapa hari ini melesu, karena dua hari lalu mengalami kenaikan.
Namun lesunya sentimen pasar domestik, mengakibatkan pelaku melepas rupiah dan membeli dolar, ujarnya.
Pelaku asing, lanjut dia mulai mengurangi aksi beli, karena tidak ada faktor positif dari internal, mereka hanya mencoba berspekulasi membeli dolar dalam jumlah yang tidak besar.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009