Muhdjahri yang juga sempat ditangkap dan dimintai keterangan oleh polisi, sekarang sudah bisa memasuki kembali rumahnya itu dan mengemasi barang-barangnya, setelah Senin kemarin (24/8) garis polisi yang mengelilingi rumah dibuka.
Pagar seng penutup rumah Muhdjahri hari ini juga dibongkar oleh sejumlah pekerja.
Usai pembongkaran pagar tersebut terlihat beberapa warga silih berganti masuk rumah untuk melihat kondisi rumah yang porak poranda akibat penyergapan teroris 7 dan 8 Agustus lalu.
Atap genteng rumah Muhdjahri bagian barat sebagian besar pecah, plafon rumah jebol, jendela dan pintu juga jebol, serta dinding kamar belakang bagian dalam terlihat hancur akibat ledakan.
Muhdjahri terlihat mengambil pakaian dari sejumlah lemari bersama keponakannya Yuni untuk dibawa ke rumah adiknya Sudarsinah di Dusun Siwur tempat Muhdjahri menginap.
"Saat ini kami mengambil barang-barang yang bisa diselamatkan terutama pakaian," katanya.
Namun Muhdjahri tidak menemukan SK pensiun yang dulu disimpannya di dalam almari.
"Saat ini kami belum menemukan SK itu, mungkin tidak hilang, mudah-mudahan diamankan pihak kepolisian," katanya.
Menyinggung tentang kondisi rumahnya, dia mengatakan belum ada pemberitahuan apapun dari pihak kepolisian.
"Kami berharap ada solusi terbaik dari pihak kepolisian," katanya.
Ia menyatakan tetap akan menempati rumahnya itu kalau sudah dibangun.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009