Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik, menyampaikan terima kasih kepada pers dan seniman di tanah air yang telah memberikan perhatian besar dengan memberitakan soal penggunaan Tari Pendet dalam iklan promosi wisata Malaysia.

"Saya berterima kasih kepada pers, juga pada seniman Indonesia yang memberikan perhatian besar atas kejadian ini," kata Jero Wacik di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan, pembelaan pers terhadap bangsanya tampak jelas terlihat saat Tari Pendet yang merupakan kebudayaan khas Bali digunakan tanpa izin resmi dalam iklan promosi wisata Malaysia pada program Discovery Channel berjudul Enigmatic Malaysia.

Menurut dia, wajar bila bangsa Indonesia marah atas kejadian itu tetapi ia menekankan bahwa pers harus tetap berada di garisnya dan tidak memperkeruh keadaan.

"Wajar kita marah tapi tetap jangan anarkis tunjukkan kita bangsa yang lebih berbudaya. Jadi tunjukkan reaksi dengan cara yang bermartabat dan berbudaya," katanya.

Pihaknya mengajak pers untuk bekerja sama secara sinergis untuk melakukan tugas sesuai yang digariskan di jalurnya masing-masing.

"Pemerintah lakukan tugasnya, pers lakukan tugasnya, seniman lakukan tugasnya, dan rakyat lakukan tugasnya," katanya.

Menteri menegaskan, pemerintah tidak sedang diam saja menghadapi kenyataan terkait Tari Pendet itu. Namun, menurut dia, bila ada serangan dari luar semua pihak harus kompak menghadapinya bersama-sama.

Sebelumnya, Pemerintah Indonesia telah melayangkan surat nota protes kepada Pemerintah Malaysia terkait penggunaan Tari Pendet dalam iklan promosi pariwisata mereka.

Surat itu, pada Senin (24/8) diantarkan langsung ke Kuala Lumpur, Malaysia dan diantar bersama Duta Besar RI di Malaysia ke Kementerian Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Malaysia.

"Kami meminta klarifikasi dengan segera tentang persoalan ini," katanya.

Pihaknya juga sudah memanggil pihak Kedutaan Besar Malaysia untuk Indonesia untuk mempertanyakan persoalan itu serta memberikan protes keras.(*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009