Gaza (ANTARA News/Reuters/AFP) - Pasukan Israel membunuh seorang Palestina di perbatasan Israel-Gaza, Senin, kata beberapa petugas medis Palestina.
Setelah pembunuhan itu, pejuang-pejuang di Jalur Gaza menembakkan tiga roket ke Israel selatan yang mencederai seorang prajurit.
Perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza, sebuah wilayah kantung pesisir yang dikuasai gerakan Islamis Hamas, umumnya tenang dalam beberapa pekan terakhir ini, dan insiden itu tampaknya bukan merupakan peningkatan kekerasan.
Petugas-petugas medis mengidentifikasi korban yang tewas itu sebagai seorang petani dan mengatakan, pasukan Israel meminta mereka datang ke perbatasan untuk mengambil mayat pria itu. Daerah perbatasan itu dinyatakan terlarang bagi orang Palestina dan biasanya gerilyawan memasang bom di tempat itu.
Seorang Palestina juga cedera dalam penembakan tersebut, kata petugas-petugas medis, yang mengidentifikasi korban sebagai seorang petani.
Seorang jurubicara Israel mengatakan, dua "orang mencurigakan" mendekati pagar perbatasan dan ditembak oleh pasukan Israel setelah mereka mengabaikan perintah untuk berhenti dan tembakan peringatan.
Beberapa saat setelah penembakan itu, tiga roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza mendarat di Israel, mencederai ringan seorang prajurit, katanya.
Seorang komentator militer di televisi Saluran Dua Israel menyebut insiden itu "bersifat lokal" dan mengatakan, baik Israel maupun kelompok-kelompok gerilya di Jalur Gaza tampaknya tidak tertarik untuk memanaskan keadaan.
Perbatasan antara Jalur Gaza dan Israel relatif tenang sejak gencatan senjata terpisah yang dimumkan oleh kedua pihak pada 18 Januari mengakhiri ofensif 22 hari Israel terhadap wilayah itu.
Gencatan senjata itu umumnya dipatuhi meski terjadi pelanggaran-pelanggaran oleh kedua pihak. Sejak Maret, Hamas berusaha menghentikan penembakan roket oleh kelompok pejuang garis keras lain ke Israel, bahkan menahan sejumlah militan atas tuduhan melakukan pelanggaran.
Militer Israel menyatakan, lebih dari 200 roket dan bom ditembakkan dari Jalur Gaza ke Israel sejak berakhirnya ofensif 22 hari negara Yahudi itu terhadap Hamas yang menguasai Gaza, pada Desember dan Januari.
Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza.
Kekerasan di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember.
Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.
Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.
Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.
Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
Lagipula selama Hamas msh bercokol, ranah Palastin takkan damai.