Abuja (ANTARA News/Reuters) - Pemerintah Nigeria hari Senin mendesakkelompok militan utama MEND mempertimbangkan ulang rencana untukmemulai lagi serangan terhadap industri minyak negara anggota OPEC itudan mendesak mereka meletakkan senjata serta menerima amnesti.

Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND), yang bertanggung jawab atasserangan-serangan yang menimbulkan bencana pada industri minyak dan gasterbesar Afrika, menyatakan, Sabtu, mereka akan memulai lagi operasikekerasan pada 15 September.

MEND, yang mengumumkan gencatan senjata 60 hari pada Juli untukmemungkinkan perundingan perdamaian, menyatakan, mereka telahmenghentikan negosiasi dengan pemerintah.

"Mereka (MEND) perlu mempertimbangkan lagi sikap mereka dan ikut dalamkapal amnesti karena kapal itu hampir berlayar," kata TimiebiKoripamo-Agary, jurubicara panel kepresidenan yang menangani amnesti.

Presiden Umaru Yar`Adua menawarkan pengampunan tanpa syarat pada Junikepada semua militan yang mengambil bagian dalam program amnesti itu,upaya terakhir untuk mengendalikan kekerasan yang telah membuat Nigeriagagal memproduksi lebih dari duapertiga minyaknya dalam beberapa tahunini.

Ratusan militan telah menyerahkan senjata mesin, peluncur roket, bommortir dan kapal meriam dalam acara resmi di ibukota negara bagianBayelsa, Yenagoa, pada Sabtu.

MEND, sebuah koalisi kendur kelompok-kelompok militan, mengecampemberontak yang menyerahkan senjata mereka dan menerima amnestitersebut.

Sejumlah analis keamanan memperkirakan, militer akan melancarkanserangan besar-besaran lagi terhadap militan yang tidak menerimaprogram amnesti itu jika masa penawaran 60 hari telah berakhir.

Namun, Agaru mengatakan, tidak ada ancaman semacam itu dan masih ada waktu untuk perundingan perdamaian.

Program amnesti tawaran Yar`Adua itu, yang diberlakukan dari 6 Agustushingga 4 Oktober, bertujuan melucuti senjata militan, mendidik danmerehabilitasi militan dan penjahat di Delta Niger. Pemerintah berharap20.000 orang bersenjata mengambil peluang tersebut.

Sebagai bagian dari upaya amnesti itu, pemerintah pada 13 Julimembebaskan Henry Okah, seorang pemimpin MEND, setelah tuduhanterhadapnya dibatalkan.

MEND menanggapi langkah itu dengan mengumumkan gencatan senjata 60 hari dalam "perang minyak" mereka.

Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND), kelompok paling lengkappersenjataannya diantara sejumlah kelmpok pemberontak yang beroperasidi wilayah selatan penghasil minyak, mengklaim melancarkan sejumlahserangan sejak pemerintah Nigeria menawarkan amnesti pada Juni.

MEND telah mendesak semua perusahaan minyak yang masih beroperasi diDelta Niger segera pergi, dengan mengancam melancarkanserangan-serangan baru.

MEND bertanggung jawab atas serangkaian serangan terhadapperusahaan-perusahaan minyak besar yang mencakup Shell, Chevron danAgip.

Serangan-serangan terakhir itu membuyarkan harapan bahwa tawaran amnesti akan menciptakan masa tenang.

Delta Niger sejak 2006 dilanda kerusuhan oleh kelompok-kelompokbersenjata yang menyatakan berjuang untuk pembagian lebih besar darikekayaan minyak di kawasan itu bagi penduduk setempat.

Kerusuhan itu telah menurunkan ekspor minyak Nigeria menjadi 1,8 jutabarel per hari, dari 2,6 juta barel tiga setengah tahun lalu.

Kelompok MEND, yang bulan Juni mengumumkan "perang minyakhabis-habisan" yang bertujuan menghentikan produksi, mengakhirigencatan senjata pada 31 Januari setelah serangan militer terhadapsalah satu kamp mereka di Delta Niger, dan memperingatkan mengenaiserangan besar-besaran terhadap industri minyak.

MEND mengumumkan gencatan senjata pada September namun berulang kalimengancam akan memulai lagi serangan jika "diprovokasi" oleh militerNigeria.

Militer Nigeria memulai ofensif terbesar dalam beberapa tahun ini padapertengahan Mei, dengan membom kamp-kamp militan di sekitar Warri dinegara bagian Delta dari udara dan laut dan mengirim tiga batalyonpasukan untuk menumpas pemberontak yang diyakini telah melarikan dirike daerah-daerah sekitar.

Militer menyatakan tidak bisa berpangku tangan lagi setelahserangan-serangan terhadap pasukan, pemboman pipa minyak dan pembajakankapal minyak, yang semuanya membuat Nigeria gagal mencapai produksipenuhnya selama beberapa tahun ini.

Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakanhukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculikdi kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanyadari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.

Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebutkemudian digantikan oleh Angola pada April tahun lalu, menurutOrganisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009