Jakarta (ANTARA News) - Asumsi harga minyak yang diajukan oleh pemerintah dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2010 sebesar 60 dolar AS per barel dinilai terlalu rendah.
"Harga minyak memang sulit di prediksi, no body knows (tidak ada yang tahu), tapi melihat kecenderungan yang terjadi harga minyak pada 2010 asumsi harga minyak lebih rendah, pekiraan harga minyak sekitar 70 dolar AS per barel," kata Direktur Perencanaan Makro Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Prijambodo di Jakarta, Senin.
Menurut Bambang, dalam dua bulan terakhir, Energy Information Administration US Departement of Energy dalam dua bulan terakhir (Juli dan Agustus) memperoyeksi harga minyak mencapai 72,4 dolar AS per barel pada 2010.
"Mereka biasanya membuat proyeksi setiap bulan, dan dalam dua bulan terakhir proyeksi mereka bereda di level 72,4 dolar AS per barel meningkat dari proyeksi bulan-bulan sebelumnya," katanya.
Proyeksi ini, biasanya untuk harga berdasarkan WTI, namun bagi Indonesia harga minyak menggunakan ICP yang biasanya lebih rendah 2-3 dolar per barel sehingga perkiraan harga minyak Indonesia sebesar 70 dolar AS per barel.
Ia menjelaskan, proyeksi peningkatan harga minyak karena melihat kondisi perekonomian dunia yang semakin membaik mendorong permintaan energi dunia.
"Bila pertumbuhan ekonomi dunia membaik maka logikanya permintaan minyak juga akan meningkat, ini berpotensi untuk mengerek peningkatan harga minyak," katanya.
Menurut dia, sekarang pertumbuhan dunia diperkirakan telah mulai ke arah pemulihan, terutama di Asia diperkirakan tumbuh secara positif terutama Jepang, Korea dan China.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009