Jakarta (ANTARA News) - Warga Negara Indonesia (WNI) diminta untuk tidak terpancing emosi terkait maraknya pemberitaan tentang dugaan klaim Tari Pendet oleh Malaysia sebagai bahan promosi pariwisata negeri itu.
"Sebagai orang Bali, saya keberatan kalau kebudayaan kami diklaim bangsa lain . Tetapi sebagai orang Bali, saya juga meminta kepada seluruh masyarakat Indonesia tidak emosi menghadapi semua ini. Jangan sampai termakan informasi yang tidak jelas," kata putra daerah Bali, I Gde Pitana, di Jakarta, Senin.
Pitana yang juga menjabat sebagai Direktur Promosi Internasional Departemen Kebudayaan dan Pariwisata itu justru mempertanyakan benarkah pemerintah Malaysia sudah mengklaim Tari Pendet sebagai tarian mereka..
Secara pribadi, Pitana mengaku belum mendapatkan kepastian dan data formal yang mengarah ke fakta itu. "Sampai sekarang saya sudah browse ke (situs) Malaysian Tourism dan tidak ada yang mengarah ke sana," katanya.
Ia hanya menemukan fakta bahwa Tari Pendet ditayangkan dalam sebuah program Discovery Channel tentang enigmatik Malaysia.
"Di acara itu saya juga tidak melihat adanya sponsorship ataupun logo pemerintahan Malaysia," katanya.
Padahal, lazimnya bila sebuah institusi membuat iklan maka dipastikan akan menyertakan logo resminya.
Pitana kemudian hanya dapat menyimpulkan bahwa hal itu bukan merupakan tindakan klaim tetapi hanya salah satu program Discovery Channel semata.
"Saya sama sekali tidak melihat itu (Tari Pendet) diklaim Malaysia secara formal melainkan hanya program televisi semata," katanya.
Ia masih mencari informasi lain yang dapat dijadikan dasar dari isu yang menyebutkan bahwa Tari Pendet diklaim Malaysia. "Saya memang marah kalau diklaim tetapi saya sampai saat ini belum mendapatkan data dan fakta yang mengarah bahwa itu sudah diklaim," katanya.
Pitana berpendapat Tari Pendet jika ditilik dari silsilah sejarahnya merupakan budaya khas Bali.
Jadi, menurut dia, kepemilikan tari tersebut sudah sangat jelas sehingga bila digunakan pihak lain untuk kepentingan komersial tanpa izin resmi berarti merupakan tindakan pelanggaran internasional copy right.
Ditilik dari sejarah, Tari Pendet berasal dari tari pemujaan yang dikombinasi. Kemudian pada 1960-an diaransemen/dikoreografikan ulang oleh I Wayan Rindi dan pertama kali ditarikan oleh Ni Ketut Reneng.
Pada 1965, menyongsong acara Asian Games di Jakarta atas dorongan Presiden RI pertama, Soekarno, tarian itu dimodifikasi oleh I Wayan Beratha menjadi seperti Tari Pendet saat ini. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009
1.Rakyat miskin kita (TKI / TKW )banyak yg mengadu nasib di sana.
2.Serba Rikuh / kikuk karena pejabat kita kalau lawatan ke Jiran kan sisambut baik
(padahal itu cuma basa-basi).
3.Mungkinkarena sesama rumpun dan golongan (islam=melayu).
Padahal SURVEI menyatakan di seluruh dunia terutama negara2 islam tak satupun ada umatnya yg bisa hidup rukun.
Baca di Faith Freedom Indonesia!
Contoh: bunga Rafflesia (http://www.antaranews.com/berita/1248238768/rafflesia-milik-siapa).
Apalagi sengketa Ambalat, yg jelas2 adalah wilayah NKRI. Tolong pemerintah jangan diam saja.