"Pertengahan Agustus 2009, harga gas elpiji ukuran tabung 12,5 kg masih dijual Rp85 ribu atau lebih mahal Rp5 ribu dibanding gas yang dijual di Makassar. Namun kini harga rata-rata gas yang dijual di Kabupaten Maros sudah Rp90.000 - Rp95.000 per tabung," kata salah seorang warga Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, Rabiah saat dikonfirmasi, Senin
Rabiah mengatakan, tingginya harga gas itu mulai terjadi sehari sebelum Ramadhan hingga saat ini. Berkaitan dengan hal tersebut, ia berharap agar pihak yang berwenang segera melakukan operasi pasar.
Hal itu dimaksudkan agar harga gas elpiji tidak semakin naik, khususnya menjelang hari raya Idul Fitri 1430 Hijriah, karena semakin memberatkan kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Sementara itu, warga Jalan Jambu, Kabupaten Pangkep Nurhayati juga mengeluhkan harga gas elpiji yang naik Rp5 ribu hingga Rp10 ribu dibanding harga sebelumnya.
Menurut Nurhayati , kenaikan harga gas di tingkat pengecer itu dipicu kelangkaan stok yang diperjualbelikan. Sebagai gambaran, untuk satu pengecer yang biasanya menjajakan 10 tabung gas ukuran 12,5 kg, kini rata-rata hanya ditemukan tiga buah tabung gas dengan ukuran serupa.
"Jangan sampai ada pengecer dan distributor yang sengaja menyembunyikan barang dagangannya, sehingga pembeli harus menebus dengan harga yang mahal," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, External Relation PT Pertamina Unit Pemasaran dan Region VII Wilayah Sulawesi dan Papua Rosina Nurdin mengatakan, kelangkaan gas elpiji di lapangan yang memicu kenaikan harga, kurang logis.
Alasannya, sejak awal Ramadhan, pihaknya sudah memastikan stok gas elpiji di lapangan mencukupi kebutuhan pengguna gas di Sulawesi Selatan. Apalagi proses pengapalan gas elpiji dari Kalimantan berjalan lancar yakni setiap tiga hari kapal pasokan gas elpiji sandar di Pelabuhan Makassar.
"Kalau ada indikasi spekulan memanfaatkan momen Ramadhan ini, tim dari Pertamina bersama aparat terkait tentu turun secepatnya untuk menindaki yang nakal dan mencoba menstabilkan harga kembali," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009