New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak bervariasai atau "mixed" pada Kamis waktu setempat, sehari setelah meningkat ke level tertinggi sejak Juni, di tengah jatuhnya persediaan minyak mentah AS yang menunjukkan permintaan kuat di negara konsumen energi terbesar dunia itu.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman September, naik tipis 12 sen menjadi 72,54 dolar AS per barel, jatuh tempo pada penutupan perdagangan.
Minyak mentah Brent North Sea London untuk pengiriman Oktober turun 1,26 dolar AS menjadi 73,33 dolar AS per barel.
Beberapa analis mengatakan, kenaikan harga lebih dari tiga dolar di New York pada Rabu, setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah AS menyusut secara besar-besaran 8,4 juta barel pada pekan lalu, mungkin telah berlebihan.
"Oh pasti, tidak ada keraguan bahwa jatuh 8,4 juta barel pantas mengundang beberapa perhatian dan antusiasme beberapa pasar, tapi saya heran jika ini akan memperluas badai api yang terjadi kemarin," kata Phil Flynn dari PFG PFG Best Research.
"Penurunan pasokan yang menakjubkan, namun penurunan permintaan dari pekan-ke-pekan akan menguncang juga," ujarnya.
Tetapi Barclays Capital mengatakan dalam sebuah laporannya, bahwa harga minyak masih jauh didukung dalam posisi akhir terendah pada tingkat 70-dolar.
"Kami terus melihat saat ini sebagai salah satu tahap konsolidasi sebelum masa perbaikan berkelanjutan dalam data dan keseimbangan pasar, menciptakan dasar untuk mendorong kenaikan berkelanjutan di atas 75 dolar per barel," katanya.
"Stok minyak masih sangat tinggi, namun peningkatan permintaan di tengah berlanjutnya pengetatan pasokan akan mempercepat laju pengikisan ketergantungan persediaan, memberikan dukungan untuk harga," ia menambahkan.
Persediaan minyak mentah AS turun besar 8,4 juta barel pekan lalu, menghentikan kenaikan tiga pekan berjalan dan mengagetkan pedagang yang memperkirakan sebuah kenaikan 1,5 juta barel.
Cadangan bensin merosot 2,1 juta barel, lebih dari prakiraan untuk turun 800.000 barel.
Distilasi, termasuk bahan bakar diesel dan pemanas, turun 700.000 barel pada minggu lalu, sedangkan analis telah memproyeksikan naik 500.000 barel.
Analis JPMorgan Chase Bank, Kamis mengatakan, bahwa jumlah permintaan di Amerika Serikat adalah sebuah perwakilan global yang miskin untuk pemulihan dalam permintaan minyak yang saat ini berlangsung.
"Permintaan yang kuat dalam beberapa bulan terakhir ini, terutama dari negara-negara berkembang - terutama India dan China, di mana menguatnya penjualan mobil penumpang memberikan kontribusi sangat kuat untuk pertumbuhan bensin," kata mereka dalam laporannya.
"Distilasi dan permintaan banker bahan bakar juga pulih sejalan dengan pemulihan perdagangan dunia, dan kecenderungan ini akan berlanjut untuk sisa tahun ini," kata laporan.
Pada Juli tahun lalu harga minyak mencapai rekor tertinggi di atas 147 dolar AS per barel, sebelum roboh karena melemahnya permintaan energi akibat krisis keuangan dunia, hingga menjadi 32 dolar AS per barel pada Desember.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009