Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah melalui sidang itsbat (penetapan awal bulan Ramadan-Red), yang dipimpin Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni menetapkan awal Ramadan 1430 H jatuh pada Sabtu, 22 Agustus 2009.

Dalam kesempatan itu Menag juga menetapkan Badan Hisab dan Rukyat sebagai lembaga tetap penyelenggara hisab dan rukyat.

"Badan ini telah kita tetapkan sebagai lembaga tetap sejak 14 Juli 2009," kata Menag pada sidang itsbat di kantor Departemen Agama di Jakarta, Kamis malam.

Sidang tersebut dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika M. Nuh, Ketua Majelis Ulama Indonesia Prof Dr Umar Shihab, Wakil Ketua Komisi VIII DPR Said Abdullah, pimpinan ormas-ormas Islam, para duta besar dan perwakilan negara sahabat, serta anggota Badan Hisab dan Rukyat Depag.

Menag mengatakan, pihaknya menyetujui Badan Hisab dan Rukyat untuk melakukan sidang hisab maupun rukyat dilakukan setiap bulan sebagaimana usulan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

"Saya setuju sidang dilakukan setiap bulan kalau perlu mengundang pihak yang berbeda," ujarnya.

Ia juga mengatakan, pada tahun ini pemantauan juga dilakukan di sembilan titik di seluruh Indonesia dengan menggunakan teropong canggih. Sembilan titik pemantauan tersebut terletak di Pantai Longa Aceh, Bosca Bandung, Pelabuhan ratu, Sukabumi, Gresik, Lamongan Jatim, Semarang, Kupang, Ternate, Makassar.

Ketua Badan Hisab dan Rukyat, Muchtar Iljas yang menyampaikan hasil pemantauan di seluruh Indonesia menyebutkan, perhitungan data hisab yang dihimpun oleh Direktorat Jendral Bimas Islam dari 29 titik pemantauan di seluruh Indonesia menyatakan bahwa ijtima 29 Syaban 1430H/2009 M bertepatan hari Kamis, 20 Agustus 2009.

Ketinggian hilal masih di bawah ufuk berada pada posisi -3 derajat, 10 menit sampai 0 derajat, 30 menit.

"Saat matahari terbenam pada tanggal tersebut di seluruh Indonesia, posisi hilal berada di bawah ufuk. Berdasarkan laporan itu maka dapat disepakati bahwa 1 Ramadan jatuh pada hari Sabtu, 22 Agustus 2008," kata Muchtar yang juga Direktur Urusan Agama Islam Depag.

Sementara Ketua Laznah Falaqiah NU, Ahmad Gozali Masruri mengatakan, sejak NU ada pedoman yang dipakai adalah rukyatul hilal didukung oleh data hisab. "NU juga melakukan hisab karena kita punya kalender, tetapi hisab itu perlu dilakukan koreksi," ujarnya.

Ia juga mengusulkan agar rukyatul hilal dilakukan sebulan sekali.

Sedangkan pengurus Muhammadiyah, Abdul Fatah Wibisono mensyukuri keputusan pemerintah yang menetapkan awal Ramadan jatuh 22 Agustus 2009, karena Muhammadiyah juga mengawali puasa pada hari yang sama.

"Kami juga setuju usulan NU agar rukyatul hilal dilakukan setiap bulan," kata wakil sekretaris Majelis Tarjih Muhammadiyah ini.

Anggota LAPAN, Jamaluddin merasa kuatir dalam penentuan awal Ramadan dan 1 Syawal yang sering terjadi perbedaan. Tapi pada tahun ini menghasilkan kesimpulan yang sama. "Kalau kriterianya masih seperti ini, tahun depan bisa terjadi perbedaan," ujarnya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009