Kabul, (ANTARA News) - Presiden Hamid Karzai menyeru rakyat Afghanistan agar membangkang terhadap ancaman Taliban dan memberi suara, beberapa jam sebelum pemungutan suara dimulai dalam pemilihan umum Kamis, yang merupakan ujicoba paling berat dalam mandatnya sendiri dan demokrasi rapuh di negeri tersebut.

Pemilihan umum itu bagi Presiden AS Barack Obama, yang telah memerintahkan pengerahan tentara dalam jumlah besar tahun ini sebagai bagian dari strategi guna mematahkan aksi Taliban, juga menjadi rintangan berat seperti yang dihadapi Karzai, demikian dikutip dari Reuters.

Jalan-jalan di ibukota Afghanistan, Kabul, tegang, polisi disebar dengan masa tugas bergilir selama 24 jam, dan Karzai berkeras Taliban, yang lebih kuat dari kapan pun sejak mereka digulingkan pada 2001, akan gagal dalam melaksanakan janji mereka guna mengganggu pemilihan presiden kedua di negeri tersebut.

"Semua musuh akan berbuat sekuat mungkin, tapi itu takkan membantu," kata Karzai kepada wartawan, Rabu larut malam.

"Saya harap besok bangsa kita, dalam jumlah jutaan, akan datang dan memberi suara bagi kestabilan negeri ini, bagi perdamaian di negeri, bagi kemajuan di negeri ini," katanya.

Karzai menghadapi tantangan yang sangat kuat dari mantan menteri luar negerinya, Abdullah Abdullah.

Pemungutan suara, yang paling akhir diselenggarakan lebih dari satu bulan lalu, memperlihatkan Karzai menang dengan selisih suara sangat besar, tapi tak cukup untuk meraih kemenangan mutlak dalam satu babak.

Seandainya ia gagal meraih lebih dari 50 persen suara, Karzai kelihatannya sangat mungkin berhadapan dengan Abdullah Abdullah dalam babak kedua pada Oktober.

Barangkali ancaman yang lebih besar di tempat pemungutan suara ialah ancaman di medan tempur dari gerilyawan Taliban, yang telah berikrar akan mengganggu pemungutan suara dan memerintahkan rakyat Afghanistan agar tetap berada di rumah.

Dalam serangkaian pernyataan Rabu, Taliban mengatakan, mereka telah menyusupkan 20 pembom bunuh diri ke dalam kota Kabul dan akan menutup semua jalan di negeri tersebut, dan takkan bertanggung jawab atas kematian siapa pun yang membangkang mereka lalu pergi ke tempat pemungutan suara.

Beberapa pejabat AS mengatakan, mungkin akan ada kerusuhan, tapi mereka kira itu takkan mencapai tingkat yang merusak pemungutan suara.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009