Letusan gunung itu juga menimbulkan gempa vulkanik dangkal 74 kali, tremor 28 kali dan embusan mencapai 57 kali, kata Kepala Pemantauan Pos Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Anton Prambudi, Rabu.
"Kami meminta nelayan dan pengunjung agar tidak mendekati kawasan gunung tersebut," katanya seraya mengungkapkan gempa terjadi setiap interval tiga sampai 15 menit.
Krikil dan batu seberat 1,5 kilogram yang disemburkan dari kawah Anak Krakatau sangat berbahaya karena suhunya mencapai 1.000 derajat Celcius dan jika menimpa pengunjung atau nelayan yang lewat situ bisa menyebabkan kematian, tegasnya.
Pada 2001, kata dia, seorang warga Perancis tewas terkena lontaran lava pijar berupa bebatuan krikil karena dia nekat mendaki kawasan Anak Krakatau.
Sementara, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Departemen Sumber Energi dan Mineral, Bandung hanya memberikan rekomendasi dua kilometer dari titik letusan.
Dia mengatakan Anak Krakatau yang meletup sejak 6 Maret 2009 hingga kini masih belum diturunkan statusnya menjadi waspada atau level II.
"Memang, awalnya tidak terlihat aktivitas kegempaan vulkanik dan letusan namun tiba-tiba mengeluarkan lava pijar," katanya.
Karena itu, status Gunung Anak Krakatau masih dalam siaga atau level III dan pengunjung dan nelayan tidak diperbolehkan mendekati kawasan letusan karena berbahaya terkena lontaran bebatuan, kendati selama ini belum ada korban jiwa. (*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009