Pemain berusia 29 tahun itu pernah dianggap sebagai salah satu talenta muda paling cemerlang di dunia namun ia gagal memenuhi janjinya di tengah serangkaian masalah hamstring, betis, dan lutut.
"Ada saat-saat ketika saya berpikir: 'Bisakah saya tetap bermain?'" kata Costa kepada The Players' Tribune. "[Itu] karena saya keluar ke lapangan dan mengalami cedera lagi," katanya seperti dikutip dari Xinhua, Selasa.
"Lalu, ketika saya menyaksikannya di TV, saya ingat ini adalah hasrat saya dan bahwa saya masih bisa main pada level atas. Ini yang membuat saya tetap hidup, saya tahu sepak bola mudah bagi saya. Ini tidak ada hubungannya dengan uang atau menjadi terkenal.
Baca juga: Douglas Costa jadi pemain terkini Juve yang mudik
"Intinya adalah melakukan apa yang Anda nikmati dan senang melakukannya. Itu lah tujuan saya. Saya bercanda dengan Alex Sandro bahwa saya lebih banyak melakukan pemindaian dibanding memainkan pertandingan."
Costa, yang sudah bermain 31 kali bagi tim nasional Brazil, hanya tampil 43 kali pada semua kompetisi bagi Juventus selama dua tahun terakhir.
Ia mengatakan ia telah menyewa pelatih mental untuk membantu menangani efek psikologis dari cedera.
"Orang mengatakan, 'Douglas mempunyai potensi untuk menjadi salah satu yang terbaik di dunia, namun cedera menahannya'. Itu mengganggu saya," kata mantan pemain Gremio, Shakhtar Donetsk dan Bayern Munich itu. "Saya punya potensi untuk menjadi pemain top, namun karena alasan di luar kendali saya, saya tidak bisa.
"Setiap kali saya cedera, saya bertanya pada diri sendiri: 'Kesalahan apa yang saya lakukan?' Saya bertanya-tanya mengapa saya tidak bisa bermain secara konsisten. Ini sesuatu yang menyakiti saya. Oleh karena itu, saya minta bantuan. Saya tidak tahu apakah Anda pernah mendengar tentang pelatih mental. Mereka bukan psikolog, tapi mereka menunjukkan pada Anda bagaimana fakta masa kecil masih bisa mempengaruhi Anda."
Baca juga: Douglas Costa diskors empat laga
Pewarta: Fitri Supratiwi
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2020