Brisbane, (ANTARA News) - Penyebaran virus Flu H1N1 atau lebih dikenal dengan sebutan flu babi di Australia masih terus belangsung dan belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

Data Departemen Kesehatan Australia, Rabu, menunjukkan jumlah penderita flu babi di negara itu sudah mencapai 32.224 orang dan 121 orang di antaranya meninggal dunia.

Dibandingkan kondisi 7 Agustus lalu, jumlah penderita naik sebesar 7.275 orang atau kenaikan per hari mencapai sedikitnya 606 orang sedangkan angka kematian naik sebanyak 36 orang.

Pada 7 Agustus lalu, jumlah penderita Flu H1N1 di delapan negara bagian di Australia tercatat 24.949 orang dan 85 orang di antaranya meninggal dunia.

Negara bagian dengan jumlah korban meninggal tertinggi masih dipegang New South Wales (33), disusul Queensland (26), Victoria (22), Australia Barat (15), Australia Selatan (12), Northern Territory (5), Tasmania (6), dan ACT (2).

Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan adanya ancaman pandemi flu babi di dunia 24 April lalu, sudah 3.802 orang penderita Flu A H1N1 di Australia yang dirawat di rumah sakit. Namun jumlah mereka yang masih dirawat kini tercatat 460 orang.

Dari 460 orang pasien flu babi itu, sebanyak 100 orang di antaranya dirawat di unit gawat darurat di berbagai rumah sakit di negara bagian NSW, ACT, Queensland, Northern Territory, Australia Selatan, Tasmania, Victoria, dan Australia Barat.

Otoritas kesehatan Australia telah memperkuat langkah penanganan pandemi Flu A H1N1 ini ditandai dengan menggelar uji coba pemakaian vaksin Flu A H1N1 sejak 22 Juli lalu.

Seperti pernah disampaikan Menteri Kesehatan Australia, Nicola Roxon, pemerintah menyiapkan dana 44 juta dolar Australia selama empat tahun guna mendukung program vaksin gratis untuk melindungi rakyat dari ancaman flu musiman.

Warga Australia berusia tua merupakan salah satu sasaran program vaksin gratis yang akan mulai berlaku 1 Januari 2010, katanya.

Namun Departemen Kesehatan Australia mengingatkan warganya agar tidak membeli Tamiflu secara "online" (yang ditawarkan lewat Internet-red.) dengan alasan "tidak aman".(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009