Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR RI, Harry Azhar Azis, mengatakan, bunga kredit ke depan semakin sulit turun karena adanya ancaman inflasi yang meningkat seiring perbaikan ekonomi di 2010.
"Potensi itu ada (bunga perbankan akan sulit turun), BI (Bank Indonesia) kan juga sudah memberikan sinyal Inflasi ke depan yang menguat," katanya di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan, ancaman inflasi yang meningkat akan direspon oleh otoritas moneter yaitu Bank Indonesia agar tetap terkendali. Diantaranya dengan kebijakan penyesuaian suku bunga acuan BI rate.
Ia mengkhawatirkan, bila kemudian respon terhadap inflasi yang meningkat tersebut adalah menaikan suku bunga acuan BI rate dengan cepat. Hal ini, menurut dia, justru bisa menjadi kotraproduktif, karena perbankanpun segera menaikan suku bunganya menyesuaikan suku bunga acuan tersebut. Berdasarkan data BI, reaksi penyesuaian terhadap peningkatan BI rate sangat cepat.
Menurut data BI, respon perbankan terhadap peningkatan BI rate sangat cepat. Pada Juni 2008, BI rate tercatat sebesar 8,5 persen. Sementara suku bunga kredit untuk modal kerja sebesar 12,9 persen, bunga kredit investasi sebesar 12,23 persen dan konsumsi sebesar 15,14 persen.
Namun ketika BI rate terus melonjak dan puncaknya pada November 2008 yang meningkat 1,25 menjadi 9,75 persen, perbankan pun menyesuaikan suku bunganya rata-rata diatas peningkatan BI rate.
Bila BI rate hanya meningkat 1,25 persen, kredit modal kerja dinaikan sebesar 1,75 persen menjadi 14,65 persen, kredit investasi melonjak 1,62 persen menjadi 13,85 sedangkan konsumsi meningkat o,55 persen menjadi 15,69 persen.
Untuk itu, ia berharap, agar BI ke depan tetap bisa menjaga suku bunga acuannya, setidaknya untuk beberapa waktu agar menahan suku bunga kredit tidak ikut melejit. Sebab hal ini bisa membuat sektor riil yang belum benar-benar sembuh kembali terancam.
Menurut dia, untuk sementara waktu, BI rate di sekitar 6,5 persen dinilai masih wajar untuk inflasi sekitar enam persen," katanya.
"Ini dibutuhkan, kalau naiknya sekitar enam persen, maka (BI Rate) 6,5 persen saya kira untuk beberapa waktu bisa dilakukan," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009