Kabul (ANTARA News/Reuters) - Sebuah roket Taliban menghantam lapangan istana kepresidenan Afghanistan Selasa, hanya dua hari sebelum "incumbent" Hamid Karzai berusaha terpilih kembali dalam pemilu yang tegang, yang diduga akan berlangsung dua putaran.
Tak hanya Karzai yang berjuang untuk mendapat mandat terbaru itu, tapi pemilihan juga menguji strategi peningkatan konflik delapan tahun Presiden Amerika Serikat Barack Obama, dalam upaya menghapus pencapaian Taliban belakangan ini.
Dalam pidatonya Senin yang ditujukan untuk mendongkrak dukungan umum, Obama menyebut konflik Afghanistan sebagai "pertempuran dalam perang yang berharga."
Kampanye resmi pemilihan telah berakhir Senin malam, setelah hari terakhir pawai yang kacau untuk menunjukkan dukungan kepada Karzai dan pesaing utamanya, mantan menteri luar negeri Abdullah Abdullah.
Sejumlah jajak pendapat menunjukkan tampaknya Karzai akan menang dalam pemungutan suara Kamis. Namun tidak dengan mayoritas mutlak yang diperlukan untuk mencegah laju ke putaran kedua.
Dia memberi kepercayaan pada menit terakhir pada dukungan dari bekas ketua gerilyawan dalam rangka menciptakan keseimbangan.
Pesaing utamanya Abdullah, seorang dokter mata di kota kecil, mencalonkan diri dengan kampanye yang bersemangat, berupaya mendapatkan dukungan dari kalangan bawah terutama dari suku Tajik di utara.
Beberapa roket kecil semalam ditembakkan di ibukota dan sumber polisi mengatakan, salah satu roket menyebabkan beberapa kerusakan di dalam kompleks istana kepresidenan yang dijaga ketat. Namun demikian tidak menimbulkan korban.
Roket-roket lain menghantam kota timur Jalalabad, termasuk satu roket menghantam rumah, melukai 10 orang, kata juru bicara pemerintah provinsi Ahmad Zia Abdulzai.
Di provinsi Jowzjan utara, orang-orang bersenjata membunuh seorang kandidat dewan provinsi, yakni kepala distrik Murdian, Abdullah Radmanish.
Kelompok garis keras yang berikrar akan menggagalkan pemilihan Kamis, telah menembakkan roket-roket di ibukota dua kali dalam bulan ini.
Pada Sabtu mereka meledakkan seorang pelaku bom bunuh diri di luar markas besar Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) yang dipimpin NATO di pusat Kabul. Peristiwa itu menewaskan tujuh orang dan melukai puluhan lainnya.
Serangan demikian jarang terjadi di ibukota dalam tahun ini.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, dalam pesannya yang dikirimkan kepada Reuters melalui telepon seluler mengaku bahwa para pejuangnya telah menembakkan empat roket. Namun tidak menjelaskan secara rinci mengenai tindakan itu.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009